Bid. Vemy Tamaledu, S.ST
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma serviks atau kanker leher atau
mulut rahim atau juga disebut kanker serviks merupakan jenis penyakit kanker
yang paling banyak diderita wanita. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel
mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel mengalami perubahan kearah
keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sedang dalam
status sexually active.(2)
Kanker serviks menjadi penyebab
kematian wanita nomor dua di dunia setelah penyakit jantung koroner. Namun,
dalam waktu ke depan diprediksi kanker mulut rahim akan menjadi penyebab
kematian nomor satu, jika tidak dilakukan upaya deteksi dini dan pengobatan.
Menurut Organisasi WHO (World Health
Organization = Organisasi Kesehatan Dunia), jutaan wanita di dunia
terinfeksi HPV yang menjadi faktor resiko terjadinya kanker serviks. Perempuan
yang aktif secara seksual memiliki resiko terinfeksi kanker serviks atau tahap
awal penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup.
Kanker leher/mulut rahim ini menduduki
urutan nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di
seluruh dunia di diagnosa menderita kanker mulut rahim dan rata-rata 270.000
meninggal tiap tahun. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker mulut rahim per
100.000 penduduk. Kanker mulut rahim adalah kematian nomor satu yang sering
terjadi pada wanita Indonesia. Data register ruangan Kemuning lantai 3 Obstetri ginekologi
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, tahun 2011 ada sekitar 663 penderita kanker
serviks, sedangkan bulan Januari- Mei 2012 ada sekitar 346 penderita kanker
serviks. Data ini menunjukkan tingginya angka kejadian kanker serviks di Jawa
barat khususnya yang dirawat di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Oleh karena itu, maka kami tertarik
menyusun kanker serviks sebagai Laporan Kasus di RSUP. Dr. Hasan Sadikin
Bandung Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Mengetahui pengelolaan kebidanan pada Ny. I. S, P2 A0 dengan Ca.Cervix stadium
IB2 dengan kemoterapi PVB 1 diruangan Kemuning lantai 3 Obgin RSUP. Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan yang
tepat pada Ny. I. S, P2A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1 di
ruangan Kemuning lantai 3 Obgin RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2.
Tujuan khusus
a.
Dapat mengkaji data subjektif pada Ny.
I.S, P2A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan
kemoterapi PVB 1.
b.
Dapat mengkaji data objektif pada Ny. I.
S, P2A0,Ca.Cervix stadium 1B2 dengan
kemoterapi PVB 1.
c.
Dapat
melakukan analisa untuk menilai status kesehatan pada Ny. I.S, P2A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1.
d.
Dapat melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada Ny. I.S, P2 A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1.
e.
Dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan
pada Ny. I.S, P2A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1.
D. Manfaat
1.
Bagi Penulis
Dapat
menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu dengan Ca.Cervix
stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1.
2.
Bagi Pendidikan
Dapat
menambah bahan bacaan diperpustakaan, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan
wawasan khusunya dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi
PVB 1.
3.
Bagi Rumah Sakit
Dapat
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan kebidanan pada ibu dengan kasus Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ca.Cervix
(Kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh Wanita. (1)
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
). (7)
Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. (7)
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. (7)
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi
bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. (6)
B. Etiologi (2, 6)
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi
abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah
maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker
serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks:
1.
HPV
(human papillomavirus)
HPV
adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV
tipe 16, 18, 45 dan 56.
2.
Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada
usia dini
4.
Berganti-ganti
pasangan seksual
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan
seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5.
Pemakaian DES
(dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970)
6.
Gangguan sistem
kekebalan
7.
Pemakaian pil KB
8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia
menahun
9. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan
pap smear secara rutin).
C. Tanda dan Gejala (2,
6)
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan
timbul gejala berikut:
- Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause
- Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
- Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
- Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
- Nyeri panggul, punggung atau tungkai
- Dari vagina keluar air kemih atau tinja
- Patah tulang (fraktur).
D. Klasifikasi (4, 6)
Klasifikasi menurut FIGO :
Tingkat Kriteria
0 : Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel
I : Proses terbatas pada serviks (perluasan ke
korpus uteri tidak dinilai)
Ia : Karsinoma
serviks preklinis hanya dapat diagnosis secara
mikroskopis,
lesi tidak lebih dari 3mm atau secara mikroskopik kedalamannya >3-5 mm dari epitel
basal dan memanjang tidak boleh
lebih dari 7 mm
Ib :
Lesi invasif > 5, dibagi atas
lesi < 4 cm dan > 4 cm
II : Proses
keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke
parametrium tetapi tidak sampai dinding
panggul
IIa :
Penyebaran
hanya ke vagina , parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor
IIb : Penyebaran ke parametrium,uni atau
bilateral tetapi belum sampai
dinding panggul
III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke
parametrium sampai
dinding panggul
IIIa :
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina
namun tidak sampai ke dinding
panggul
IIIb : Penyebaran
sampai dinding panggul tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II
tetapi sudah ada gangguan faal ginjal /hidronefrosis
IV : Proses
keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika urinaria
( dibuktikan secara histology)
atau telah bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang jauh.
IVa : Telah
bermetastasis ke organ sekitar
IVb : Telah
bermetastasis jauh
E. Patofisiologi (5)
Faktor
Ekstrinsik
Skuamokolumner serviks
Tumbuh
Eksofilik, Endofilik , Ulseratif
Keputihan Metroragia Cepat lelah Obstruksi VU
F. Pemeriksaan Penunjang (6)
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1.
Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker
serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya
angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap
wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun,
sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3
kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bisa dilakukan 1
kali/2-3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
-
Normal
-
Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas)
-
Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas)
-
Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan
serviks paling luar)
-
Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2.
Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan
atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau
kanker.
3.
Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
4.
Tes Schiller
Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan
berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau
kuning.
5.
Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan
beberapa pemeriksan berikut:
-
Sistoskopi, Rontgen
dada
-
Urografi
intravena
-
Sigmoidoskopi
-
Skening tulang dan hati
-
Barium enema
-
Servikografi,
Gineskopi
-
Pap
net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitif)
G. Penatalaksanaan (5,8)
Tingkat
Penatalaksanaan
0
: Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ia
: Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal
Ib, IIa : Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
IIb, III,IV
: Histerektomi
transvaginal
IVa,
IVb : Radioterapi, Radiasi paliatif, Kemoterapi
Kemoterapi pada Kanker Serviks. Kemoterapi
adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.
Obat ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat
faktor-faktor pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang
konvensional efek obat kemo tidak hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat.
Sehingga sering kali muncul efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya
adalah kebotakan, mual dan muntah. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui
intravena (IV) atau per oral. Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa
digunakan namun untuk kanker
serviks pemberiannya lebih umum dengan intravena atau mulut. Beberapa
jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks
adalah:
-
Carboplatin
-
Cisplatin
-
Paclitaxel
-
Fluorouracil (5FU)
-
Cyclophosphamide
-
Docetaxel
-
Ifosfamide, Gemcitabine
Efek samping
yang sering terjadi pada kemoterapi. Efek samping kemoterapi dapat
bervariasi, tergantung pada jenis obat yang diberikan. Ada obat yang secara
spesifik menyebabkan mual-muntah, ada yang menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan
penurunan sel darah putih. Namun secara umum obat kemoterapi akan menyebabkan
mual, kebotakan dan rasa kelelahan. Saat ini berkembang obat-obat yang
berfungsi untuk mengatasi efek samping yang muncul pasca kemoterapi sehingga
pasien akan merasa lebih nyaman pasca kemoterapi.
Berapa
kali kemoterapi dilakukan?. Frekuensi pemberian kemoterapi tergantung pada
berbagai faktor. Dokter akan membuat rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada
jenis kanker,
stadium, faktor kesehatan, jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode
pengobatan lain yang digunakan. Pada kanker
serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu
atau setiap tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu
maka akan diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak
bisa dilakukan secara lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang
harus memilih alternative pengobatan lain.
Hal-hal yang
sebaiknya diketahui sebelum menjalani kemoterapi. Kemoterapi merupakan
pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui beberapa hal
sebelum menjalani kemoterapi:
-
Obat kemoterapi apa yang akan diberikan
-
Mengapa obat ini dipilih
-
Berapa lama kemoterapi akan berlangsung dan
berapa siklus
-
Apa efek samping yang akan muncul
-
Efek samping apa yang membutuhkan perhatian
medis
-
Berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan
kemoterapi ini dengan wanita lain pada kasus yang sama
-
Apakah kemoterapi ini akan berdampak pada
aktivitas keseharian
-
Apakah
ada obat yang akan diberikan untuk mengatasi efek samping kemoterapi
H. Prognosis (6)
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam dua tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang mengalami histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat
diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal terjadi 80% rekurensi
dalam dua tahun.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I. S, P2 A0
CA.CERVIX STADIUM 1B2 DENGAN KEMOTERAPI PVB 1 DI RUANGAN KEMUNING LANTAI 3 OBGIN RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Tanggal/
Jam masuk rumah Sakit : 14 Juni 2012/ J. 08.15 WIB
Tanggal/
Jam pengkajian : 16 Juni 2012 / J. 07.15 WIB
Nama pengkaji : Vemy
Tamaledu
Medrec :
1205 1507
Nama
ibu :
Ny. I.S Nama suami :
Tn. S
Umur :
41 tahun Umur : 48 tahun
Pendidikan
: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : Buruh
Suku
Bangsa/ Agama : Sunda/ Islam Suku
Bangsa/Agama : Sunda / Islam
Golongan
Darah : A Golongan
Darah : O
Alamat
:
Kp. Ciloa Satu RT 01/ RW 06 Kel. Panyocokan
Kec. Ciwidey
Riwayat
Alergi : Tidak ada
A.
DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak ±4 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Perdarahan membasahi 1-2 pembalut/hari. Kontak bleeding dialami
sejak satu tahun yang lalu. Keputihan dialami sejak 6 bulan terakhir yang
berbau dan gatal. 3 jam sebelum masuk rumah sakit ibu mengalami perdarahan
banyak dari jalan lahir membasahi 2 kain panjang dan bergumpal-gumpal.
2.
Riwayat menstruasi
-
Umur
menarche : 14 tahun dan lamanya haid 4-5 hari
-
Haid terakhir : 10 Mei 2012
-
Keluhan saat haid : tidak
ada
3.
Riwayat perkawinan
Ibu
mengatakan ini adalah pernikahan yang pertama bagi ibu dan suaminya. Usia ibu
saat menikah 27 tahun dan suami 35 tahun.
4.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu
-
Anak pertama lahir tgl 15-9-1999, di RB,
aterm, oleh dokter, jenis kelamin perempuan, BBL 3300 gram, hidup.
-
Anak kedua lahir tanggal 14-8 2005, di
BPS, aterm, oleh bidan, jenis kelamin perempuan, BBL 3100 ram, hidup.
5.
Riwayat penyakit yang lalu/ operasi
Ibu
mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit karena suatu penyakit/dioperasi.
6.
Riwayat
penyakit keluarga
Ibu
mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti
dirinya, dan tidak ada penyakit keturunan atau menular.
7.
Riwayat keluarga berencana
Ibu
mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi suntik dan pil secara bergantian
setelah kelahiran anaknya yang kedua. Terakhir ibu menggunakan kondom.
8.
Kebiasaan sehari-hari
-
Pola makan : 3 x sehari
dengan menu yang bervariasi yaitu nasi,
sayur dan lauk-pauk. Nafsu makan ibu agak
menurun, tapi ibu selalu berusaha untuk makan.
-
Pola minum : 8 gelas/hari
dengan jenis air putih, kadang-
kadang susu.
-
Pola eliminasi : Terpasang DC dan ibu
mengatakan belum BAB
sejak masuk rumah
sakit.
-
Pola istirahat : Sering terbangun
karena belum terbiasa dengan lingkungan
diruangan
-
Psikososial : Ibu dan
keluarga mengetahui dan dapat menerima
dengan kondisi penyakit yang dialami
ibu sekarang.
-
Pola seksual : Ibu mengatakan sejak 1 tahun terakhir
hubungan
seksual dengan suami jarang
dilakukan. Hal ini
dikarenakan ibu takut akan berdarah setelah
berhubungan. Setiap kali berhubungan, suami
menggunakan kondom dan sebulan hanya 1-2
kali berhubungan badan.
B. DATA OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
-
Keadaan umum : Sedang
-
Kesadaran : Compos mentis
-
BB/TB :
49 kg/ 156 cm
-
Tekanan darah : 90/60 mmHg
-
Nadi :
120 x/ menit
-
Suhu :
36,6 º C
-
Respirasi : 22 x/ menit
2. Pemeriksaan
fisik
-
Rambut : Hitam, berombak,
bersih
- Mata :
Ø Konjungtiva
: Pucat
Ø Sklera
: Tidak ikterik
- Telinga
: Simetris, pendengaran baik, tidak ada pengeluaran cairan
-
Hidung : Simetris,
penciuman baik
-
Mulut :
Bibir simetris, tidak ada caries dan
stomatitis, lidah bersih
-
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening dan kelenjar tyroid.
-
Dada dan axila :
Ø
Gerakan : Simetris
Ø Benjolan : Tidak
ada
-
Pulmo :
VBS kiri dan kanan sonor
-
Jantung :
Bunyi murni, irama regular
-
Abdomen :
Datar lembut, tidak teraba adanya
benjolan
-
Ekstremitas atas : Tidak odem, tangan
kiri terpasang transfusi PRC labu
II 20 tetes/menit.
-
Ekstremitas bawah : Tidak odem, tidak ada varices,
reflek +/+
3. Pemeriksaan
khusus
- Anus
: Tidak ada hemoroid
-
Genitalia : Pengeluaran
darah pervagina masih ada, jumlahnya
sedikit, vulva dan vagina tidak ada kelainan,
terpasang dower kateter 200 cc.
4. Pemeriksaan
penunjang
-
Hasil pemeriksaan Patologi/citologi
tanggal 18 Mei 2012
Epidermoid carcinoma cervix
-
Hasil
PA : tanggal 12 Juni 2012
Non Keratinizing squamous sel karsinoma
moderately differentiated a/i cervix
-
Hematologi :
Tanggal 15 Juni 2012
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Rujukan
|
Hemoglobin
|
6,7 gr/dl
|
(12-16)
|
Leukosit
|
13.000 mm³
|
(4400-11.300)
|
Hematokrit
|
20 %
|
(35-47)
|
Eritrosit
|
2,37 uL
|
(3,6-5,8)
|
Trombosit
|
360.000 mm³
|
(150.000-450.000)
|
SGOT/SGPT
|
16/14
|
(<35/0-35)
|
Ureum
|
14
|
(15-50)
|
Kreatinin
|
0,49
|
(0,5-0,9)
|
Klorida
|
97
|
(98-108)
|
Kalsium
|
5,41
|
(4,7-5,2)
|
Magnesium
|
1.96
|
(1,70-2,55)
|
-
Hasil kolaborasi dengan dokter, advis :
1.
Perbaiki keadaan umum
2.
Transfusi PRC sampai Hb ≥ 11 gr/dl ( 4
Labu ), Cek sysmex
3.
Rencana kemoterapi PVB 1
4.
Kalnex 3 x 1 ampul intra vena, kalau
perlu
5.
Asam Mefenamet 3 x 500 mg per oral
6.
Monitoring tanda-tanda vital dan
diuresis 200 cc/jam
C.
ANALISA DATA
P2 A0 dengan Ca.Cervix stadium
1B2 dengan anemia.
D.
PENATALAKSANAAN
Tanggal 16-Juni 2012
1. Jam 07.30 WIB, Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada ibu dan suami, ibu dan suami
memahami.
2. Jam 07.35, Menciptakan lingkungan yang bersih
dan nyaman, tempat tidur sudah dirapikan.
3. Jam 08.00 WIB, Memberi minum obat Asam
mefenamet 1 tablet/oral.
3.
Jam 07.40 WIB, Memonitoring transfusi, transfusi
masih terpasang PRC Labu ke II 20 gtt/menit, transfusi jalan lancar.
4.
J.
10.40 WIB transfusi habis, infus diganti dengan NaCl 0,9% 20 gtt/menit, infus
berjalan lancar.
5.
Jam 12.30 WIB, Memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan hidrasi, ibu sudah makan 1 porsi nasi dan minum 2 gelas
air putih.
6.
Jam 13.00 WIB, Memberi dukungan
psikologi pada ibu, ibu merasa tenang.
7
. Jam 13.30 WIB, Memonitoring diuresis, DC
masih terpasang urine 1000 cc, sudah dibuang ( urine dari jam 07.00-13.30 WIB)
8. 13.40 WIB, Memberikan KIE tentang personal
hygiene, ibu dan keluarga memahami, pampers diganti setiap basah/berdarah, baju
dan pakaian dalam selalu diganti.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal :
18 Juni 2012
S : Ibu
mengeluh belum BAB
O : Keadaan umum baik, terpasang infus NaCl 0,9%
20 tetes/menit, DC diuresis ± 500 cc/ 10
jam, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/ menit, respirasi 20
x/menit, suhu 36,7ºC, perdarahan sedikit, abdomen
datar lembek, telah dapat transfusi PRC 4 labu, hasil Hb
terakhir 10,1 gr/dl, ibu belum BAB. Hasil
kolaborasi dengan dokter,
advis :
- Rencana kemo PVB 1
- Kalnex 3 x 1 Intra Vena,
K/P
- Asam Mefenamet 3 x 500
mg per oral
- Dulcolax 1 tablet
supositoria
A : P2
A0, Ca.Cervix stadium 1B2 dengan konstipasi
P : 1.
Jam 07.15 WIB, Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada ibu
dan suami, ibu dan
suami memahami.
2. Jam 09.00 WIB, Memberikan dulcolax 1 tablet supositoria per
anus.
3. Jam
11.00 WIB, Memfasilitasi kebutuhan istirahat, ibu sudah
tidur sekitar 1 jam.
4. Jam 12.30 WIB, Memfasilitasi pemenuhan
nutrisi dan hidrasi, ibu
sudah makan 1 porsi dan minum air putih 2 gelas.
5. Jam 13.30 WIB, Memonitoring diuresis, DC
masih terpasang
urine 800 cc ( urine jam 07.00-13.30 ), sudah dibuang dan ibu
lega
karena sudah BAB 1
kali.
Tanggal :
19 Juni 2012
S :
Ibu
tidak ada keluhan
O :
Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, terpasang infus Rl 55
gtt/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/ menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,6 ºC, terpasang DC 300 cc,
perdarahan
jalan lahir sedikit. Hasil
kolaborasi dengan doktere, advis :
- Kemoterapi PVB 1 hari 1
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
per oral
A :
P2 A0, dengan Ca.Cervix stadium 1B2
P : 1. Jam
07.15 WIB, memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
dan keluarga, ibu dan suami memahami
2. Jam
11.00 WIB, memonitoring tetesan obat kemoterapi Labu I-
IV kecepatan
88 gtt/menit, infus jalan lancar.
3. Jam 12.08 WIB, Obat kemoterapi Labu IV habis
infuse diganti
dengan NaCl 0,9 % 28 gtt/menit, infuse jalan
lancar.
4. Jam 12.10 WIB, memonitoring
keadaan umum, tanda-tanda vital dan keluhan: keadaan umum sedang,
tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 84 x/
menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7ºC, keluhan
sedikit mual.
5. Jam
12.15 WIB, konsultasi dengan dokter, advis ranitidine 1 ampul
(IV), sudah diberikan.
6. Jam
12.30 WIB, memfasilitasi pemenuhan
nutrisi dan cairan, ibu
sudah makan nasi 1 porsi dan minum air putih 2
gelas.
7. Jam 13.30 :WIB, memonitoring diuresis DC
masih terpasang
urine
800 cc ( Jam 07.00-13.30 WIB), sudah dibuang.
Tanggal :
20 Juni 2012
S :
Ibu mengeluh mual
O : Keadaan umum sedang, kesadaran kompos
mentis, terpasang infus NaCl
0,9% 20 tetes/ menit, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86 x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 37 ºC, terpasang DC 200 cc,
perdarahan ada sedikit, Hb terakhir tgl 17
Juni 2012 10,1 gr/dl. Hasil
kolaborasi dengan dokter,
advis :
- Ranitidine 3 x 1 Ampul (IV)
- Aff infus dan DC
- Asam Mefenamat 3 x 500 mm per oral
- Rencana PVB 1 hari ke 5 tanggal 23 Juni 2012
- Ibu boleh pulang
A :
P2 A0, dengan Ca.Cervix stadium 1B2 post
kemoterpi PVB 1
dengan keluhan mual
P : 1. Jam
07.15 WIB, memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
dan kelurga, ibu dan suami memahami.
2. Jam
08.00 WIB, memberikan injeksi ranitidine 1 ampul IV
3. Jam 12.00 WIB, memonitoring tetesan infus NaCl
0,9% 28
tetes/menit, infus jalan lancar.
4. Jam 12.30 WIB, memfasilitasi pemenuhan
nutrisi dan hidrasi,
ibu makan nasi porsi kecil tapi sering dan minum
teh manis han
gat 1 gelas.
5.
Jam 13.00 WIB, memfasilitasi persiapan ibu untuk pulang
-
Jam 13.10 WIB, Memberikan informasi
dan edukasi tentang:
efek samping dari kemoterapi dan penanganan
dirumah, ibu dan keluarga mengerti.
-
Memberikan leflet pada ibu
-
Segera kepetugas kesehatan atau tempat
pelayanan kesehatan
jika keluhan tidak teratasi
-
Kembali masuk rumah sakit untuk
pemberian kemoterapi PVB 1 hari kelima
-
Makan makanan yang bergizi cukup
sayur, lauk dan buah.
-
Sebaiknya belum melakukan hubungan
suami istri sebelum seluruh proses
pengobatan kemoterapi selesai.
- Jam.14.00
WIB, infus dan DC diaff
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam
pembahasan ini, penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan
kepada Ny. I. S, P2 A0 dengan Ca.Cervix stadium
1B2 dengan teori yang ada. Banyak hal yang ditemukan dalam melakukan asuhan
kebidanan mulai dari pengumpulan data subjektif, objektif, analisa dan
penatalaksanaan terhadap klien dengan Ca.Cervix di RSUP. Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Adapun hal-hal yang penulis temukan
selama melakukan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
A. Subjektif
Pada
pengumpulan data subjektif penulis melakukan anamnesa dengan cara wawancara
kepada Ny. I. S dan keluarga ( suami ). Hasil anamnesa, umur klien 41 tahun,
hal ini sesuai dengan teori bahwa Ca.
Cervix biasanya
pada usia antara 35- 55 tahun (8).
Disamping usia, berdasarkan keluhan utama, ibu pernah mengalami
perdarahan 4 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keputihan dialami ibu
sejak 6 bulan terakhir yang berbau dan
gatal dan terjadinya kontak bleeding setelah berhubungan senggama sejak 1 tahun
yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori
dari tanda dan gejala Kanker Serviks (2,
6).
B. Objektif
Pada pengumpulan data objektif penulis memperoleh data dengan melihat
keadaan umum, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Hasil laboratorium tanggal 15 Juni 2012 Hemoglobin 6,7
gr/dl. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada penderita Kanker Serviks mengalami
perdarahan yang memungkinkan untuk terjadinya anemia. Tanggal 18 Mei 2012,
hasil pemeriksaan Patologi/Citologi adalah : Epidermoid Carcinoma Cervix. Hasil
Patologi Anatomi ( PA ) tanggal 12 Juni 2012 adalah Non Keratinizing Squamous
sel karsinoma moderately differentiated a/i cervix.
C. Analisa
Pada tahap melakukan
analisa penulis tidak menemukan kesulitan karena diagnosis sudah dapat
ditegakan dari keluhan utama, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
data subjektif dan objektif Ny. I. S. dapat didiagnosis sebagai P2 A0 dengan Kanker Serviks.
D. Penatalaksanan
Penatalaksanaan
pada Ny. I. S dengan Kanker Serviks stadium
1B2 dilakukan sesuai dengan protap pelaksanaan yang ada, dimana pemberian
kemoterapi berdasarkan klasifikasi Kanker
Serviks.
Sesuai dengan klasifikasi tersebut, maka kemoterapi yang diberikan adalah NAC
PVB.
Selain
kemoterapi, diberikan asuhan kebidanan yang komprehensif dengan pendekatan
Bio-Psikososial yaitu dengan memberikan asuhan sesuai dengan standar profesi
kebidanan dan wewenangnya serta memberikan dukungan moril dan spiritual pada
klien.
Demikian
analisa penulis, bahwa antara asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. I. S, P2
A0 dengan Ca.Cervix stadium
1B2 telah sesuai dengan teori.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan
Kebidanan yang dilaksanakan pada Ny. I.S, P2A0,Ca.Cervix stadium 1B2 dengan kemoterapi PVB 1 diruangan
kemuning lantai 3 Obgin
RSUP.
Dr. Hasan Sadikin Bandung sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data subjektif dapat diperoleh dengan lengkap
2.
Pengumpulan data objektif secara lengkap dan akurat
3.
Analisa kebidanan dapat ditegakan dengan tepat
4.
Penatalaksanaan sesuai dengan Protap
yang ada
5.
Pendokumentasian dilakukan dalam bentuk
SOAP
B. Saran
1 . Bagi
RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Setiap
tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
2.
Bagi Pembaca
Diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuannya tentang Kanker
Serviks sehingga
dapat melakukan pemeriksaan sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari
Saifuddin, (2001), Buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Admin. (2012). Penyebab dan gejala
kanker leher rahim.
http://www.f- buzz.com/2012/06/11/penyebab-dan-gejala-kanker-leher-rahim/.
(akses tanggal 11 Juni 2012)
Anonymous. (2012). Kanker Rahim. http://kesehatan.07x.net/index.php/cervicalcancercat/58-kanker-rahim- cervical-cancer.html (akses tanggal
11 Juni 2012)
Anonymous. (2012). Natural history
of cervical cancer. http://pdfdatabase.com/download_file_i.php?file=1628579&desc=cervix+. pdf (akses tanggal 11 Juni 2012)
Hacher, Moore,
2001, Esensial obstetric dan ginekologi,
hypokrates , Jakarta.
Hadi, Triyono (2012) http://tentangkanker.com/2012/kemoterapi-pada-kanker- serviks (akses tanggal 21 Juni
2012)
Helen
Varney, dkk (2002). Buku Saku Bidan, cetakan
I, EGC, Jakarta
Sarengat, Ika. (2012). Penanganan
Ca Cervix. http://susternada.blogspot.com/2012/06/penanganan-ca-cervix.html
(akses tanggal 11 Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar