A. TUJUAN
Mempelajari
kemampuan organisme endoterm(homoioterm) dalam mempertahankan panas tubuh
manusia.
B.
ALAT DAN BAHAN
1. Termometer
2. Kapas
3. Alkohol
C. DASAR
TEORI
Manusia adalah makhluk homeotermik, makhluk berdarah panas
dimana suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Suhu
tubuh manusia (suhu inti / core temperature) dipertahankan dalam batas normal
dalam suatu limit yang kecil, tidak lebih dari 0,4º C yaitu sekitar 36,7-37,1º
C, bahkan dalam suatu keadaan lingkungan yang buruk oleh suatu sistem yang
disebut termoregulasi.
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan
kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk
mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat
(Myers, 1984). Pusat pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena
itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan
terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia.
Manusia membutuhkan keadaan normotermia untuk mempertahankan
fungsi-fungsi tubuh berjalan normal. Saat tubuh tidak dapat dipertahankan
normal, fungsi metabolisme tubuh terganggu dan dapat berakibat fatal. Suhu
tubuh dipertahankan konstan dengan cara memproduksi panas atau meningkatkan
pengeluaran panas. Suhu tubuh dipertahankan oleh sistem termoregulasi berkisar
24-45ºC. Jika suhu tubuh berubah menjadi kurang dari 24ºC atau lebih dari 45ºC
maka termoregulasi akan hilang dan berakibat fatal.
Perubahan suhu tubuh di pengaruhi oleh berbagai faktor
sehingga menyebabkan Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif.
Hal - hal tersebut adalah :
· Exercise: semakin beratnya exercise
maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi
20 x dari basal ratenya.
· Hormon: Thyroid (Thyroxine dan
Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon
lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
metabolisme rate 5-15%.
· Sistem syaraf: selama exercise atau
situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi.
Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang
pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal
sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
· Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh
dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti
akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
· Asupan makanan: makanan dapat
meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
· Berbagai macam factor seperti:
gender, iklim dan status malnutrisi.
SUHU TUBUH
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara panas yang
diproduksi oleh tubuh dengan panas yang dikeluarkan. Suhu tubuh manusia secara
kasar dibagi menjadi 2 yaitu : suhu inti (core temperature) dan suhu
perifer/suhu kulit.
· Suhu inti adalah suhu pada jaringan
/ organ vital yang baik perfusinya. Suhu ini relatif sama. Dengan kata lain,
distribusi panas pada bagian-bagian tubuh ini cepat, sehingga suhu pada
beberapa tempat yang berbeda hampir sama. Bagian tersebut secara fisik terletak
di kepala dan dada.
· Bagian tubuh dimana suhunya tidak
homogen dan bervariasi sepanjang waktu merupakan bagian dari suhu perifer. Suhu
kulit/ perifer berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai dengan suhu
lingkungan. Bagian tubuh ini terdiri dari kaki dan tangan. Suhu perifer ini
biasanya 2-4ºC di bawah suhu inti.
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap
kehilangan panas yang terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih
besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh
meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu
tubuh menurun.
Pengukuran suhu tubuh diambil berdasarkan suhu inti dan suhu
perifer. Suhu ini disebit suhu tubuh rata-rata. Rumus yang digunakan adalah :
· T body = 0,66 T
core + 0,34 T skin
Suhu kulit di seluruh tubuh berbeda. Menurut Ramanathan
menganjurkan untuk menentukan suhu kulit dibutuhkan 4 tempat berbeda. Sedangkan
suhu inti dapat diambil dari suhu pada membrana timpani, esofagus distal atau
arteri pulmonalis. Selain itu, juga dapat diambil dari suhu di nasofaring,
rektal atau vesika urinaria.
Suhu tubuh bervariasi tergantung dari bagian tubuh yang
diukur, waktu pengukuran, aktivitas dan umur. Suhu kulit di pergelangan kaki
¬sekitar 20ºC, di pinggang sekitar 30ºC pada temperatur lingkungan 22,2ºC. Suhu
aksila sekitar 1ºF (0,6ºC) lebih rendah daripada suhu oral dan suhu rektal
sekitar 1ºF lebih tinggi daripada suhu oral. Suhu
tubuh tergantung dari variasi diurnal, suhu tubuh rendah pada pagi hari
(terendah sekitar jam 4.00 pagi hari) dan mencapai maksimal pada sore hari
antara jam 03.00-07.00 malam.
PANAS TUBUH
Panas tubuh dihasilkan dari reaksi metabolisme tubuh. Sumber
utama terbentuknya panas tubuh ini berasal dari glukosa, protein dan lemak.
Panas tubuh yang dihasilkan berasal dari pembakaran setiap gram lemak menjadi
9,3 kal dan karbohidrat serta protein menjadi 4,1 kali. Sebagian besar produksi
panas di dalam tubuh dihasilkan organ dalam, terutama dalam hati, otak, jantung
dan otot rangka selama kerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan
jaringan yang lebih dalam ke kulit, dimana panas tubuh hilang ke udara dan
sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas tubuh ditentukan oleh
seberapa cepat panas tubuh dapat dikonduksikan dari tempat panas tubuh
dihasilkan dalam inti tubuh ke kulit dan seberapa cepat panas tubuh kemudian
dapat dihantarkan dari kulit ke sekitarnya.
Panas tubuh hilang dari permukaan tubuh melalui 4 mekanisme,
yaitu radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Kehilangan panas melalui
radiasi adalah kehilangan dalam bentuk gelombang panas. Tubuh manusia
menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan
dari benda-benda di sekitar ke tubuh . Tetapi bila suhu tubuh lebih besar dari
suhu lingkungan, panas tubuh ini akan dipancarkan keluar dari tubuh lebih besar
daripada yang dipancarkan ke tubuh.
Kehilangan panas karena radiasi ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Makin rendah suhu lingkungan makin besar panas tubuh yang hilang
dan bila suhu tubuh makin mendekati suhu lingkungan, kehilangan panas yang
terjadi makin kecil. Selain dipengaruhi oleh hal tersebut, radiasi juga
dipengaruhi oleh kelembaban udara, makin tinggi kelembaban, kehilangan panas
makin berkurang. Radiasi merupakan penyebab kehilangan panas terbesar pada penderita
yang menjalani operasi.
Konduksi merupakan hilangnya panas dari suatu permukaan
benda ke permukaan benda lainnya.Misalnya, dari kulit tubuh manusia ke
permukaan tempat tidur. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dari benda tersebut dan
penyekat yang ada diantara keduanya.
Di sekitar manusia terdapat suatu lapisan udara yang hangat
yang berfungsi sebagai insulator (penyekat tubuh). Lapisan udara ini yang
menghalangi hilangnya panas tubuh ke udara. Tetapi bila ada aliran udara yang
bergerak yang menghilangkan lapisan udara di sekitar tubuh manusia akan
menyebabkan hilangnya panas tubuh. Proses hilangnya panas tubuh karena aliran
udara ini disebut konveksi1.
Evaporasi adalah suatu proses berubahnya cairan menjadi gas.
Evaporasi terjadi melalui kulit dan cairan yang hilang sekitar 800 ml (30-50
ml/jam). Sedangkan evaporasi melalui sistem pernapasan terjadi melalui udara
yang diekspirasikan, cairan yang hilang sekitar 400 ml/hari.
Pengeluaran keringat sendiri menyebabkan hilangnya panas
dari tubuh. Mekanisme itu hanya efektif untuk menurunkan suhu tubuh bila
keringat yang terbentuk diuapkan oleh tubuh, tidak jatuh atau meleleh dari
tubuh. Setiap ml keringat yang diuapkan membutuhkan 580 kal yang akan diserap
dari tubuh.
Selama suhu kulit lebih tinggi daripada suhu lingkungan,
panas dapat hilang melalui radiasi dan konduksi. Tetapi ketika suhu lingkungan
lebih tinggi daripada suhu tubuh, tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan
konduksi dari suhu lingkungan. Dalam keadaan seperti ini satu-satunya cara
tubuh melepaskan panas adalah dengan evaporasi.
MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH
Termoregulasi seperti fungsi sistem tubuh lainnya mempunyai
sistem umpan balik (feed back) negatif dan positif untuk mengatur fungsi
fisiologis tubuh. Suhu tubuh dipertahankan melalui suatu fungsi fisiologis yang
melibatkan reseptor-reseptor suhu perifer dan sentral.
Bagian
otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior.
· Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
· Hipotalamus posterior (PH/ POA)
berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil,
menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan
mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme
rate.
Fungsi pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi tersebut
dibedakan menjadi 3 fase, yaitu: termal aferen, regulasi sentral dan respon
eferen.
Termal Aferen
Informasi mengenai suhu berasal dari sel-sel di seluruh
tubuh yang sensitif terhadap perubahan suhu. Reseptor-reseptor suhu ini
terletak di kulit dan membrana mukosa. Terdiri dari reseptor panas dan reseptor
dingin. Reseptor dingin menyalurkan impuls melalui serabut saraf Aδ dan
reseptor dingin melalui serabut saraf C tak bermielin. Serabut saraf C tak
bermielin juga untuk mendeteksi dan menghantarkan impuls nyeri. Hal ini yang
menyebabkan impuls panas yang intens kadang-kadang sulit dibedakan dengan
impuls nyeri tajam. Reseptor di kulit ini memiliki 10 kali lebih banyak
reseptor dingin daripada reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian
perifer terutama menyangkut deteksi suhu dingin daripada suhu panas.
Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian
tertentu dari tubuh, terutama di medula spinalis, organ dalam abdomen dan
torak, hipotalamus dan bagian lain dari otak, serta sekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor
tersebut lebih banyak terpapar dengan suhu inti daripada suhu permukaan tubuh.
Reseptor suhu juga terdapat di hipotalamus anterior area
pre-optik. Area ini mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap
panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin.
Regulasi Sentral
Pusat regulasi suhu di serebral terletak di hipotalamus.
Impuls suhu yang berjalan melalui traktus spinotalamikus, yang berasal dari
kulit, medula spinalis, jaringan sebelah dalam torak dan abdomen serta bagian
otak lainnya akan dibawa dan diintegrasikan di hipotalamus, yang kemudian akan
mengkoordinasi jalur eferen menuju efektor.
Area pada hipotalamus yang dirangsang oleh impuls sensoris
ini adalah suatu area yang terletak secara bilateral dalam hipotalamus
posterior kira-kira setinggi korpus mamilaris. Di area ini impuls dari area pre
optik dan dari perifer tubuh digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas
atau reaksi penyimpanan panas tubuh.
Pada manusia, suhu inti diatur dalam suatu limit yang kecil
yang disebut set-point. Set-point ini yang mengatur adalah hipotalamus
posterior. Nilai ambang suhu inti tidak melebihi 0,4ºC, pada umumnya berkisar
36,7-37,1ºC. Nilai ambang ini disebut interthreshold range. Hipotalamus
mengatur suhu tubuh dengan mengintegrasikan input suhu yang berasal dari
perifer dan inti serta membandingkan dengan set-point di hipotalamus posterior.
Interthreshold range ini bisa berubah pada penderita
hipotiroid, hipertiroid, infeksi, exercise/olah raga, makanan, anestesi dan
pemberian obat-obatan, misalnya alkohol, sedatif dan nikotin. Regulasi sentral
ini intact pada bayi, tetapi seringkali terganggu pada orang tua atau penderita
sakit kritis.
Respon Eferen
Respon termoregulasi dari perubahan suhu terdiri dari
perubahan tingkah laku. Pada manusia dengan kesadaran penuh, perubahan tingkah
laku lebih bermanfaat dalam mempertahankan suhu tubuh. Saat hipotalamus
mendeteksi penurunan suhu tubuh, impuls akan berjalan dari hipotalamus menuju
korteks serebri untuk memberikan individu tersebut sensasi dingin. Akibatnya
terjadi perubahan tingkah laku, misalnya peningkatan aktivitas motorik, seperti
berjalan menuju tempat yang lebih hangat atau memakai baju hangat.
Respon yang lainnya adalah respon vasomotor. Respon
vasomotor terbagi menjadi 2 yaitu, respon terhadap dingin, berupa
vasokonstriksi dan piloereksi serta respon terhadap panas berupa vasodilatasi
dan pengeluaran keringat (sweating)
Suhu inti jika berada dibawah nilai ambang akan merangsang
terjadinya vasokonstriksi, termogenesis non-shivering dan shivering. Jika suhu
melebihi nilai ambang akan mengaktivasi vasodilatasi dan pengeluaran keringat.
Tidak terjadi respon termoregulasi jika suhu inti berada diantara dua nilai
ambang ini (interthreshold range)
Efektor menentukan suhu lingkungaan yang dapat diterima oleh
tubuh sementara suhu inti tetap dipertahankan normal. Ketika mekanisme efektor
ini dihambat, toleransi terhadap perubahan suhu akan menurun, hingga mekanisme
efektor lain tidak bisa mengkompensasi perubahan suhu tersebut.
Respon terhadap Dingin
Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed
back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal. Manusia pada
umumnya mulai merasa tidak nyaman ketika suhu kulit sekitar 7ºC atau lebih di
bawah suhu inti. Hal ini akan menimbulkan respon tubuh untuk mempertahankan
panas tubuh dengan melakukan mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal.
Proses respon terhadap dingin
·
Jika
terjadi penurunan suhu tubuh inti, Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus
mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic ( kumpulan neuron-neuron di bagian
anterior hypothalamus yang merupakan Pusat pengaturan suhu tubuh yang
berfungsi sebagai termostat tubuh ) dan pusat peningkatan panas di
hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH
(Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls
syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar
pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls
syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ
efektor.
·
Berbagai
organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai
normal, diantaranya adalah :
·
Impuls
syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf simpatis yang menyebabkan
pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi
menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal
ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh
internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
·
Impuls
syaraf di nervus simpatis
menyebabkan Piloereksi . Piloereksi adalah
berdirinya rambut karena rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat di folikel rambut berkontraksi. Hal ini tidak terlalu penting pada
manusia, tetapi pada hewan berdirinya rambut memungkinkan mereka untuk
membentuk lapisan tebal insulator udara.
·
Impuls
syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan
epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi
panas.
·
Pusat
peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan
memproduksi panas. Rangsangan hipotalamus terhadap shivering atau
menggigil terletak pada bagian dorsomedial hipotalamus posterior. Pada awalnya
terjadi peningkatan tonus otot rangka di seluruh tubuh. Saat tonus meningkat
diatas tingkat kritis tertentu, proses menggigil dimulai.
Selama proses menggigil, pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali
dari normal.
·
Kelenjar
tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid
kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh.
Respon terhadap Panas
Sistem pengaturan suhu menggunakan 3
mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh, yaitu pengeluaran keringat
(sweating), vasodilatasi dan penurunan pembentukan panas oleh tubuh.
Jika suhu tubuh meningkat diatas
normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah
disebutkan diatas pada mekanisme respon pada dingin. Tingginya suhu darah
merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic,
dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan
panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang
ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume
aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu
yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil.
Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui
aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit,
kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan
membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.
D. DATA
HASIL PENGAMATAN
1. Fauziyah
Firdausi M. S
(di lakukan hari minggu
- senin di Kos)
No.
|
Aktivitas
|
Waktu
Pengukuran
|
Suhu
Tubuh (°C)
|
Suhu
Lingkungan(°C)
|
Keterangan
|
1.
|
Olah
raga
|
06.00
|
37
|
29
|
-
|
2.
|
Mandi
pagi
|
07.30
|
36
|
30
|
-
|
3.
|
Siang
hari
(Kamar
kos)
|
13.25
|
38
|
31
|
Demam
|
4.
|
Mandi
malam (air hangat)
|
22.19
|
38
|
29
|
Demam
|
5.
|
Berangkat
tidur
|
02.00
|
38
|
29
|
Demam
|
6.
|
Bangun
tengah malam/pagi
|
04.30
|
39
|
28
|
Demam
|
E. PEMBAHASAN
Praktikum
kali ini tentang pengaturan suhu endoterm, yang artinya bagaimana mekanisme
pengaturan suhu tubuh yang dilakukan oleh tubuh itu sendiri agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan luar.
Sistem
pengaturan suhu terlepak pada hipotalamus. Hipotalamus ini yang mengatur suhu tubuh
manusia agar dipertahankan secara konstan berkisar di suhu 37 ± 0,5°C dan mampu
beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan yang terjadi. Bila suhu
lingkugan turun, maka tubuh akan memproduksi panas untuk beradaptasi kembali
dan begitu sebaliknya. Yang dilakukan oleh tubuh biasanya adalah dengan
melakukan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) atau vasokontriksi (penyempitan
pembuluh darah).
Pengukuran
suhu tubuh pada praktikum ini dilakukan pada daerah ketiak (aksila) dengan
waktu yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai parameter yaitu olahraga,
mandi pagi, siang hari, mandi malam dengan air hangat, berangkat tidur dan
bangun tengah malam/pagi. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran suhu
tubuh dan pengukuran suhu lingkungan. Jadi menggunakan 2 buah thermometer. Yang
satu thermometer tubuh, yang satu thermometer ruangan.
Data
yang di dapat tidak mampu memberikan hasil yang valid karena setelah mandi pagi
suhu tubuh praktikan menunjukkan gejala demam bahkan hingga pengukuran di pagi
hari pada hari berikutnya. Sesuai dasar teori yang ada, seharusnya terlihat
adanya hubungan antara suhu lingkungan dengan suhu tubuh pada saat melakukan
aktivitas yang sama. Suhu tubuh akan menyesuaikan suhu lingkungan dengan
meningkatkan suhu tubuh ketika suhu lingkungan turun dan sebaliknya. Tapi hal
ini tidak berlaku pada praktikan karena sedang demam.
Selain
dilihat dari suhu lingkungan, perubahan aktivitas juga mempengaruhi suhu tubuh.
Hal ini dilihat ketika praktikan melakukan aktivitas yang membutuhkan energi
lebih banyak seperti berolahraga, suhu tubuh praktikan lebih tinggi disbanding
ketika mandi pagi. Hal ini dikarenakan suhu tubuh praktikan mengalami
peningkatan karena adanya respon energi dalam bentuk panas. Hal yang sebaliknya
berlaku ketika mandi pagi, suhu tubuh terendah terjadi ketika mandi pagi,
karena setelah berolahraga praktikan beristirahat terlebih dahulu selama
beberapa lama sehingga suhu tubuh kembali ke keadaan tidak jauh dari semula.
F. KESIMPULAN
DAN SARAN
1. KESIMPULAN
·
Suhu tubuh endoterm pada manusia dipengaruhi
oleh aktivitas, jenis kelamin, suhu
lingkungan dan keadaan praktikan itu sendiri. Faktor-faktor ini yang memberikan
respon terhadap hipotalamus untuk dapat menyeimbangkan suhu tubuh sehingga
tubuh tetap dalam keadaan normal.
·
Praktikan dalam keadaan sakit sehingga
suhu yang terukur diluar batas normal. Apabila suhu endoterm pada umumnya
37±0,5°C, suhu tubuh praktikan mencapai 39o ketika bangun tidur di
senin paginya.
2. SARAN
·
Untuk variabel lain selain variabel yang
ingin dilihat pengaruhnya harus benar-benar disamakan agar data yang di dapat
merupakan pengaruh variabel bebas yang dikehendaki.
·
Penentuan waktu pengukuran yang diberi
range waktu tertentu, sehingga jika dibandingkan antara praktikan satu dengan
yang lain tidak jauh berbeda.
·
Praktikan yang melakukan praktikum ini
sebaiknya dalam keadaan sehat agar bisa mendapatkan suhu tubuh valid di setiap
waktu pengukuran.
G. DAFTAR
PUSTAKA
Ama,Fadli.,dkk.
2012. Pedoman Praktikum Biomekanika dan
Biotransportasi. FSAINTEK: Surabaya.
Temperature
regulation. Diambil pada 9 Desember 2012 pukul 22.56 dari http://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.html
Journal
of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a. hypothalamic
releasing factors. Diambil pada 9 Desember 2012 pukul 23.14 dari
http://joe.endocrinologyjournals. org/cgi/content/full
Journal
of Endocrinology. (2005). Functional anatomy of hypothalamic
homeostatic systems. Diambil pada 9 Desember 2012 pukul 23.20 dari http://www.endotxt.org/neuroendo/neuroendo3b.html
Myers,
R.D. (1984). Neurochemistry of thermoregulation. The Physiologist,27, (1),41-46
Tortora,
J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th
ed.). Toronto: John Wiley &Sons, Inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar