PEMERIKSAAN FISIK
TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
-->
Dilakukan dengan 4 cara : Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
1.
Inspeksi
---> Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat
.
Langkah kerja :
·
Atur
pencahayaan yang cukup
·
Atur
suhu dan suasana ruangan nyaman
·
Posisi
pemeriksa sebelah kanan pasien
·
Buka
bagian yang diperiksa
·
Perhatikan
kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan, postur
tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
·
Lakukan
inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.
2.
Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan,
menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.
Cara kerja :
·
Daerah
yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
·
Cuci
tangan
·
Beritahu
pasien tentang prosedur dan tujuannnya
·
Yakinkan
tangan hangat tidak dingin
·
Lakukan
perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan
permukaan :
·
Jari
telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran
·
Jari
2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda
·
Jari
dan telapak tangan --> merasakan getaran
·
Sedikit
tekanan --> menentukan rasa sakit
3.
Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara
mengetuk permukaan badan dengan cara perantara jari tangan, untuk mengetahui
keadaan organ-organ didalam tubuh.
Cara Kerja :
·
Lepas
Pakaian sesuai dengan keperluan
·
Luruskan
jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi.
·
Lakukan
ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan
cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
·
Lakukan
perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.
4.
Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh
dengan menggunakan alat STETOSKOP.
STETOSKOP
Bagian-bagian stetoskop :
- Ear Pieces --> dihubungkan dengan telinga
- Sisi Bell ( Cup ) --> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan nada rendah
- Sisi diafragma ( membran ) --> Pemeriksaan abdomen atau bunyi dengan nada tinggi.
Cara Kerja :
- Ciptakan suasana tenang dan aman
- Pasang Ear piece pada telinga
- Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar
- Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat
- Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan.
PEMERIKSAAN
KEPALA DAN LEHER
KEPALA
Cara Kerja :
1. Atur posisi pasien duduk, atau berdiri
2. Bila
pakai kaca mata dilepas
3. Lakukan
inpeksi rambut dan rasakan keadaan rambut, serta kulit dan tulang kepala
4. Inspeksi
keadaan muka pasien secara sistematis.
MATA
A.
Bola mata
Cara Kerja :
- Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo/eksoptalmus, strabismus.
- Anjurkan pasien memandang lurus kedepan, catat adanya kelainan nistagmus.
- Bedakan antara bola mata kanan dan kiri
- Luruskan jari dan dekatkan dengan jarak 15-30 cm
- Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari, dan gerakan jari pada 8 arah untuk mengetahui fungsi otot gerak mata.
B.
Kelopak Mata
- Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis, entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma.
- Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan kelopak mata
C.
Konjungtiva, sclera dan kornea
- Beritahu pasien melihat lurus ke depan
- Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis )
- Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus, vaskularisasi, lesi / benjolan ( norma : putih )
- Kemudian amati sklera, catat adanya kelainan : kekeruhan ( normal : hitam transparan dan jernih )
D.
Pemeriksaan pupil
- Beritahu pasien pandangan lurus ke depan
- Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke medial
- Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun, bandingkan kanan dan kiri
Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
Abnormal : reflek pupil menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis
E. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tampa
alat :
Beritahu pasien untuk memejamkan mata, dengan 2 jari
tekan bola mata, catat adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri.
Dengan
alat :
Dengan alat Tonometri ( perlu ketrampilan khusus )
F.
Pemeriksaan
tajam penglihatan
- Siapkan alat : snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari pasien.
- Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, berutahu pasien untuk menebak hurup yang ditunjuk perawat.
- Perawat berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup salah satu mata ( atau dengan alat penutup ).
- Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari atas sampai bawah.
- tentukan tajam penglihatan pasien
G.
Pemeriksaan lapang pandang
- perawat berdiri di depan pasien
- bagian yang tidak diperiksa ditutup
- Beritahu pasien untuk melihat lurus kedepan ( melihat jari )
- Gerakkan jari kesamping kiri dan kanan
- jelaskan kepada pasien, agar memberi tahu saat tidak melihat jari
TELINGA
· Pemeriksaan daun telinga, lubang telinga dan membrane
tympani
- Atur posisi pasien duduk
- Perawat berdiri di sebelah sisi pasien, amati daun telinga dan catat : bentuk, adanya lesi atau bejolan.
- tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar , catat adanya : lesi, cerumen, dan cairan yang keluar.
- Gerakkan daun telinga, tekan tragus dan catat adanya nyeri telinga.catat adanya nyeri telinga.
- Masukkan spikulum telinga, dengan lampu kepala / othoskop amati lubang telinga dan catat adanya : cerumen atau cairan, adanya benjolan dan tanda radang.
- Kemudian perhatikan membrane tympani, catat : warna, bentuk, dan keutuhannya. ( normal : warna putih mengkilat/transparan kebiruan, datar dan utuh )
- Lakukan prosedur 1-6 pada sisi telinga yang lain.
·
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Tujuan :
menentukan
adanya penurunan pendengaran dan menentukan jenis tuli persepsi atau konduksi.
Tehnik pemeriksaan :
1. Voice Test (
tes bisik )
Cara Kerja :
·
Dengan
suara bilangan
1. perawat di belakang pasien dengan jarak 4-6 meter
2. bagian
telinga yang tidak diperiksa ditutup
3. bisikkan suatu bilangan ( tujuh enan )
4. beritahu pasien untuk mengulangi bilangan tersebut
5. bandingkan dengan telinga kiri dan kanan
·
Dengan suara detik arloji
1. pegang
arloji disamping telinga pasien
2. beritahu pasien menyatakan apakah mendengar arloji atau
tidak
3. Kemudian jauhkan, sampai pasien tidak mendengar ( normal
: masih terdengar pada jarak 30 cm )
4. lakukan pada kedua sisi telinga dan bandingkan
2. Test garputala
· Rinne test
1. Perawat
duduk di sebelah sisi pasien
2. Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan
dua jari tangan
3. letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan
jelaskan pasien agar memberitahu bila tidak merasakan getaran.
4. Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari
garputala pada lubang telinga, dan anjurkan penderita agar memberutahu
mendengar suara getaran atau tidah. Normalnya : pasien masih mendengar saat
ujung garputala didekatkan pada lubang telinga.
· Weber test
1. getarkan
garputala
2. Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien
3. Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih
keras ( lateralisasi kana/kiri). Normalnya getaran
didengar sama antara kanan dan kiri.
· Scwabach Test
1. Getarkan
garputala
2. letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga pasien
3. kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan
dengan pemeriksa.
3. Test Audiometri
· Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
1. Test Romberg
2. Test Fistula
3. Test Kalori
HIDUNG DAN SINUS
·
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus
4. Pemeriksa duduk di hadapan pasien
5. Amati bentuk dan kulit hidung, catat :
kesimetrisan, adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus hidung.
6. Palpasi
hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri
7. Palpasi
4 sinus hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis, maksilaris ) catat :
adanya nyeri tekan
·
Inspeksi
hidung bagian dalam
- Pemeriksa duduk dihadapan pasien
- Pakai lampu kepala dan elevasikan ujung hidung dengan jari
- Amati lubang hidung luar, catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.
- masukkan spikulum hidung, amati lubang hidung bagian dalam, catat : benjolan, tanda radang pada batas lubang hidung, keadaan septum nasi.
·
Pemeriksaan
potensi hidung
1. Duduklah
dihadapan pasien
2. Tekan
salah satu lubang hidung, beritahu pasien untuk menghembuskan napas lewat
hidung.
3. Lakukan bergantian, suruh pasien merasakan apakah ada
hambatan, dan bandingkan kanan dan kiri.
·
Pemeriksaan
fungsi penghidu
1. Mata
pasien dipejamkan
2. Salah
satu lubang hidung ditekan
3. Gunakan
bahan yang mudah dikenali, dekatkan ke lubang hidung dan minta pasien untuk
menebaknya
4. Lakukan pada ke dua sisi.
MULUT
DAN TONSIL
- Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa
- Amati bibir, catat : merah, cyanosis, lesi, kering, massa/benjolan, sumbing
- Buka mulut pasien, catat : kebersihan dan bau mulut, lesi mukosa
- Amati gigi, catat : kebersihan gisi, karies gigi, gigi berlubang, gigi palsu.
- Minta pasien menjuliurkan lidah, catat : kesimetrisan, warna, lesi.
- Tekan lidah dengan sudip lidah, minta pasien membunyikan huruh “ A “, amati uvula, catat : kesimetrisan dan tanda radang.
- Amati tonsil tampa dan dengan alat cermin, catat : pembesaran dan tanda radang tonsil.
LEHER
· Kelenjar Tyroid
Inspeksi :
Pasien
tengadah sedikit, telan ludah, catat : bentuk dan kesimetrisan
Palpasi :
Pasien
duduk dan pemeriksa di belakang, jari tengah dan telunjuk ke dua tangan
ditempatkan pada ke dua istmus, raba disepanjang trachea muali dari tulang
krokoid dan kesamping, catat : adanya benjolan ; konsidstensi, bentuk, ukuran.
Auskultasi :
Tempatkan
sisi bell pada kelenjar tyroid, catat : adanya bising ( normal : tidak terdapat
)
· Trakhea
Inspeksi :
Pemeriksa
disamping kanan pasien, tempelkan jari tengah pada bagian bawah trachea, raba
ke atas dan ke samping, catat : letak trachea, kesimetrisan, tanda oliver (
pada saat denyut jantung, trachea tertarik ke bawah ),
Normalnya
: simetris ditengah.
· JVP ( tekanan vena jugularis )
Posisi
penderita berbaring setengah duduk, tentukan batas atas denyut vena jugularis,
beritahu pasien merubah posisi ke duduk dan amati pulsasi denyut vena. Normalnya : saat duduk setinggi
manubrium sternum.
Atau
Posisi
penderita berbaring setengah duduk, tentukan titik nol ( titik setinggi
manubrium s. ) dan letakkan penggaris diatasnya, tentukan batas atas denyut
vena, ukur tinggi denyut vena dengan penggaris.
Normalnya
: tidak lebih dari 4 cm.
·
Bising Arteri Karotis
Tentukan
letak denyut nadi karotis ( dari tengah leher geser ke samping ), Letakkan sisi
bell stetoskop di daerah arteri karotis, catat adanya bising. Normalnya : tidak ada bising.
PEMERIKSAAN
THORAX DAN PARU
Tujuan
Pemeriksaan :
- Mengidentifikasi kelaian bentuk dada
- Mengevaluasi fungsi paru
A. INSPEKSI
v Cara Kerja :
1. Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring
2. Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya : simetris,
3. Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada.
4. Dari arah depan, catat :
gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
v Normalnya : Gerak napas simetris 16 – 24 X, abdominal /
thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae.
v Abnormal :
·
Tarchipneu
à
napas cepat ( > 24 X ) , misal ; pada demam, gagal jantung
·
Bradipneu
à
napas lambat ( < 16 X ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
·
Cheyne Stokes à napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu
berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung,
ginjal.
·
Biot
à
Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis
·
Kusmoul à
Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis metabolic
·
Hyperpneu à napas
dalam, dengan kecepatan normal
·
Apneustik à ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal
pada lesi pusat pernapasan.
·
Dangkal
à
emfisema, tumor paru, pleura Efusi.
·
Asimetris
à
pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
5. Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya : tidak ada.
B. PALPASI
Cara Kerja :
1. Atur posisi pasien duduk atau berbaring
2. lakukan palpasi daerah thorax, catat ; adanya nyeri,
adanya benjolan ( tentukan konsistensi, besar, mobilitas … )
3. Dengan posisi berbaring / semi fowler, letakkan kedua
tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jara berada diatas Procecus Xypoideus,
pasien diminta napas biasa, catat : gerak napas simetris atau tidak dan tentukan
daya kembang paru ( normalnya 3-5 cm ).
Atau
Dengan posisi
duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan
: kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru
4. Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi
tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara ( 77 ), tentukan getaran suara
dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa paru
Meningkat : Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik, covenrne paru.
C. PERKUSI
Cara Kerja :
1. Atur posisi pasien berbaring / setengah duduk
2. Gunakan tehnik perkusi, dan tentukan batas – batas paru
Batas paru normal :
·
Atas : Fossa supraklavikularis
kanan-kiri
·
Bawah : iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10
garis skapularis, paru kiri lebih tinggi
Abnormal :
·
Meningkat
à anak, fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites
·
Menurun à
orang tua, emfisema, pneumothorax
3. lakuka perkusi secara merata pada daerah paru, catat
adanya perubahan suara perkusi :
Normalnya :
sonor/resonan ( dug )
Abnormal :
·
Hyperresonan
à menggendang ( dang ) : thorax berisi udara, kavitas
·
Kurang resonan à
“deg” : fibrosis, infiltrate, pleura menebal
·
Redup à “bleg” : fibrosis berat, edema paru
·
Pekak à seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis
D. AUSKULTASI
Cara kerja :
1. Atur
posisi pasien duduk / berbaring
2. Dengan
stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan paru,
catat : suara napas dan adanya suara
tambahan.
Suara napas
Normal :
·
Trachea brobkhial à suara di daerah trachea, seperti meniup besi, inpirasi
lebih keras dan pendek dari ekspirasi.
·
Bronkhovesikuler à suara di
daerah bronchus ( coste 3-4 di atas sternum ), inpirasi spt vesikuler,
ekspirasi seperti trac-bronkhial.
·
Vesikuler à suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan
ekspirasi tidak terputus.
Abnormal :
·
Suara trac-bronkhial terdengar di
daerah bronchus dan paru ( missal ; pneumonie, fibrosis )
·
Suara bronkhovesikuler terdengar di
daerah paru
·
Suara
vesikuler tidak terdengar. Missal : fibrosis, effuse pleura, emfisema
Suara tambahan
Normal : bersih, tidak ada suara tambahan
Abnormal :
·
Ronkhi à suara tambahan pada bronchus akibat
timbunan lender atau secret pada bronchus.
·
Krepitasi / rales à
berasal daru bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan ( seperti
gesekan rambut / meniup dalam air )
·
Whezing à
suara seperti bunyi peluid, karena penyempitan bronchus dan alveoli.
- Kemudian, beritahu pasien untuk mengucapkan satu, dua, …, catat bunyi resonan Vokal :
- Bronkhofoni à meningkat, suara belum jelas ( misal : pnemonie lobaris, cavitas paru )
- Pectoriloguy à meningkat sekali, suara jelas
- Egovoni à sengau dan mengeras ( pada efusi pleura + konsolidasi paru )
- Menurun / tidak terdengar à Efusi pleura, emfisema, pneumothorax
PEMERIKSAAN
JANTUNG
A.
INPEKSI
Hal – hal yang
perlu diperhatikan :
1.
Bentuk
perkordial
2.
Denyut
pada apeks kordis
3.
Denyut
nadi pada daerah lain
1.
Denyut
vena
Cara
Kerja :
1.
buka
pakaian dan atur posisi pasien terlentang, kepala ditinggikan 15-30
2.
Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien setinggi bahu
pasien
3.
Motivasi pasien tenang dan bernapas biasa
4.
Amati
dan catat bentuk precordial jantung
Normal à datar dan simetris pada kedua sisi,
Abnormal
à Cekung,
Cembung ( bulging precordial )
5.
Amati dan catat pulsasi apeks cordis
Normal à nampak pada ICS 5 MCL selebar 1-2 cm (
selebar ibu jari ).
Sulit dilihatà payudara
besar, dinding toraks yang tebal, emfisema, dan efusi perikard.
Abnormal -->
bergeser kearah lateroinferior , lebar > 2 cm, nampak meningkat dan
bergetar ( Thrill ).
6.
Amati dan catat pulsasi daerah aorta, pulmonal,
trikuspidalis, dan ephygastrik
NormaL à
Hanya pada daerah ictus
7.
Amati dan cata pulsasi denyut vena jugularis
Normal
tidak ada denyut vena pada prekordial. Denyut vena hanya dapat dilihat pada
vena jugularis interna dan eksterna.
B.
AUSKULTASI
Hal – hal yang
perlu diperhatikan :
1. Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler
( ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt
2. Intensitas
bunyi jantung
Normal :
·
Di
daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
·
Di
daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2
3. Sifat bunyi
jantung
Normal :
- bersifat
tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
Splitting BJ 1 fisiologik
à
Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi maksimal, kemudian napas
ditahan sebentar” .
Splitting BJ 2 fisiologik
à normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah inspirasi dalam “
Abnormal :
· Splitting BJ 1 patologik à ganngguan sistem konduksi ( misal
RBBB )
· Splitting BJ 2 Patologik : karena melambatnya
penutupan katub pulmonal pada RBBB, ASD, PS.
4. Fase Systolik dan Dyastolik
Normal : Fase systolik normal lebih pendek
dari fase dyastolik ( 2 : 3 )
Abnormal : - Fase systolic memanjang / fase
dyastolik memendek
- Tedengar bunyi “ fruction Rub” à gesekan perikard dg ephicard.
5. Adanya Bising ( Murmur ) jantung
à adalah bunyi jantung ( bergemuruh )
yang dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran abnormal ) dari aliran darah
dalam jantung dan pembuluh darah.
Normal : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur à kelainan katub , shunt/pirau
6. Irama Gallop ( gallop ritme )
à Adalah irama diamana terdengar bunyi
S3 atau S4 secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah
mengalir ke ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian
yang cepat pada ventrikel
Normal
: tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
·
Gallop
ventrikuler ( gallop S3 )
·
Gallop
atrium / gallop presystolik ( gallop S4 )
·
Gallop
dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse gallop )
Cara Kerja :
1.
Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan tangan
2.
Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah
pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi jantung terutama BJ2, catat :
sifat, kwalitas di banding dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.
3.
Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah Tricus,
kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi jantung terutama BJ1, catat : sifat,
kwalitas di banding dg BJ2, splitting BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama
gallop.
4.
Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat mana
yang paling jelas.
5.
Geser ke daerah ephigastrik, catat adanya bising aorta.
C.
PALPASI
Cara
Kerja :
1.
Dengan
menggunakan 3 jari tangan dan dengan tekanan ringan, palpasi daerah aorta,
pulmo dan trikuspidalis. catat : adanya pulsasi.
Normal
à tidak ada pulsasi
2.
Geser
pada daerah mitral, catat : pulsasi,
tentukan letak, lebar, adanya thrill, lift/heave.
Normal à terba di
ICS V MCL selebar 1-2cm ( 1 jari )
Abnormal à ictus bergeser kea rah
latero-inferior, ada thriil / lift
3.
Geser pada daerah ephigastrik, tentukan besar denyutan.
Normal : teraba,
sulit diraba
Abnormal : mudah
/ meningkat
D.
PERKUSI
Cara Kerja :
1.
Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral (
Ant. axial line ) menuju medial, catat perubahan perkusi redup
2.
Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 , lakukan
perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup.
- Tentukan batas-batas jantung
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
Inspeksi
1. posisi pasien duduk, pakaian atas dibuka,
kedua tangan rileks disisi tubuh.
2. Mulai inspeksi bentuk, ukuran dan
kesimetrisan payudara
Normal :
bulat agak simetris, kecil/sedang/besar
3.
Inspeksi, dan catat adanya : benjolan,
tanda radang dan lesi
4.
Inspeksi areola mama, catat : warna,
datar/menonjol/masuk kedalam, tanda radang dan lesi.
Normal : gelap, menonjol
5.
Buka lengan pasien, amati ketiak, Catat :
lesi, benjolan dan tanda radang.
PALPASI
Cara
Kerja :
- Lakukan palpasi pada areola, catat : adanya keluaran, jumlah, warna, bau, konsistensi dan nyeri.
- Palpasi daerah ketiak terutama daerah limfe nodi, catat : adanya benjolan, nyeri tekan.
- Lakukan palpasi payudara dengan 3 jari tangan memutar searah jarum jam kea rah areola. Catat : nyeri dan adanya benjolan
- Bila ada benjolan tentukan konsistensi, besar, mobilisasinya.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
|
|
INSPEKSI
Cara
Kerja :
- Kandung kencing dalam keadaan kosong
- Posisi berbaring, bantal dikepala dan lutut sedikit fleksi
- Kedua lengan, disamping atau didada
- Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah sakit untuk dilakukan pemeriksaan terakhir
- Lakukan inspeksi, dan perhatikan Kedaan kulit dan permukaan perut
Normalnya
: datar, tidak tegang, Strie livide/gravidarum, tidak ada lesi
Abnormal
:
·
Strie
berwarna ungu à
syndrome chusing
·
Pelebaran
vena abdomen à Chirrosis
·
Dinding
perut tebal à odema
·
Berbintil
atau ada lesi à
neurofibroma
·
Ada masa / benjolan abnormal à tumor
6.
Perhatikan bentuk perut
Normal :
simetris
Abnormal :
·
Membesar
dan melebar à ascites
·
Membesar
dan tegang à berisi udara ( ilius )
·
Membesar
dan tegang daerah suprapubik à
retensi urine
·
Membesar
asimetris à tumor, pembesaran
organ dalam perut
7. Perhatikan Gerakan dinding perut
Normal : mengempis saat ekspirasi dan menggembung
saat inspirasi, gerakan peristaltic pada orang kurus.
AbnormaL:
·
Terjadi
sebaliknya à kelumpuhan otot
diafragma
·
Tegang
tidak bergerak à
peritonitis
·
Gerakan
setempat à peristaltic pada
illius
·
Perhatikan
denyutan pada didnding perut
·
Normal : dapat terlihat pada ephigastrika pada
orang kurus
8. Perhatikan umbilicus, catat adanya tanda
radang dan hernia
AUSKULTASI
Cara
Kerja :
- Gunakan stetoskop sisi membrane dan hangatkan dulu
- Lakukan auskultasi pada satu tempat saja ( kwadaran kanan bawah ), cata bising dan peristaltic usus.
Normal : Bunyi “
Klikc Grugles “, 5-35X/mnt
Abnormal :
·
Bising
dan peristaltic menurun / hilang à
illeus paralitik, post operasi
·
Bising
meningkat “ metalik sound “ à
illius obstruktif
·
Peristaltik
meningkat dan memanjang ( borboritmi )à diare, kelaparan
3. Dengan merubah posisi/menggerakkan abdomen,
catat gerakan air ( tanda ascites ).
Normalnya : tidak ada
- Letakkan stetoskop pada daerah ephigastrik, catat bising aorta,
Normal : tidak ada.
PERKUSI
Cara
Kerja :
1. lakukan perkusi dari kwadran kanan atas
memutar searah jarum jam, catat adanya perubahan suara perkusi :
Normalnya : tynpani, redup bila ada organ dibawahnya ( misal hati )
Abnormal :
·
Hypertympani
à terdapat udara
·
Pekak à terdapat Cairan
2. lakukan perkusi di daerah hepar untuk
menentukan batas dan tanda pembesaran hepar.
Cara :
·
Lakukan
perkusi pada MCL kanan bawah umbilicus ke atas sampai terdengar bunyi redup,
untuk menentukan batas bawah hepar.
·
Lakukan
perkusi daerah paru ke bawah, untuk menentukan batas atas
·
Lakukan
perkusi di sekitar daerah 1 da 2 untuk menentukan batas-batas hepar yang lain.
PALPASI
Cara
Kerja :
1.
Beritahu pasien untuk bernapas dengan
mulut, lutut sedikit fleksi.
2. Lakukan palpasi perlahan dengan tekanan
ringan, pada seluruh daerah perut
3. Tentukan ketegangan, adanya nyeri tekan,
dan adanya masa superficial atau masa feces yang mengeras.
4. Lanjutkan dengan pemeriksaan organ
Hati
·
Letakkan tangan kiri menyangga belakang
penderita pada coste 11 dan 12
·
Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq
) di daerah tempat redup hepar bawah / di bawah kostae.
·
Mulailah dengan tekanan ringan untuk
menentukan pembesaran hepar, tentukan besar, konsistensi dan bentuk permukaan.
·
Minta pasien napas dalam, tekan segera
dengan jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas napas, rasakan adanya
masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk permukaannya.
Normal : tidak teraba /
teraba kenyal, ujung tajam.
Abnormal :
·
Teraba
nyata ( membesar ), lunak dan ujung tumpul à
hepatomegali
·
Teraba
nyata ( membesar ), keras tidak merata, ujung ireguler à hepatoma
Lien
·
Letakkan tangan kiri menyangga punggung
kanan penderita pada coste 11 dan 12
·
Tempatkan ujung jari kanan ( atas - obliq
) di bawah kostae kanan.
·
Mulailah dengan tekanan ringan untuk
menentukan pembesaran limfa
·
Minta pasien napas dalam, tekan segera
dengan jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas napas, rasakan adanya
masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk permukaannya.
Normal : Sulit di raba, teraba bila ada pembesaran
PEMERIKSAAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
OTOT
Hal – hal
yang perlu diperhatikan :
- Bentuk, ukuran dan kesimetrisan otot
- Adanya atropi, kontraksi dan tremor, tonus dan spasme otot
- Kekuatan otot
UJi
Kekuatan Otot
Cara kerja :
- Tentukan otot/ektrimitas yang akan di uji
- Beritahu pasien untuk mengikuti perintah, dan pegang otot dan lakukan penilaian.
Penilaian :
0 ( Plegia ) : Tidak ada kontraksi otot
1 ( parese ) : Ada kontraksi, tidak timbul gerakan
2 ( parese ) : Timbul gerakan tidak mampu melawan
gravitasi
3 ( parese ) : Mampu melawan gravitasi
4 ( good )
: mampu menahan dengan tahanan ringan
5 ( Normal ):
mampu menahan dengan tahanan maksimal
TULANG
Hal-hal
yang perlu diperhatikan :
- Adanya kelainan bentuk / deformitas
- Masa abnormal : besar, konsistensi, mobilitas
- Tanda radang dan fraktur
Cara
kerja :
- Ispkesi tulang, catat adanya deformitas, tanda radang, benjolan abnormal.
- Palpasi tulang, tentukan kwalitas benjolan, nyeri tekan, krepitasi…
PERSENDIAN
Hal-hal
Yang perlu diperhatikan :
- Tanda-tanda radang sendi
- Bunyi gerak sendi ( krepitasi )
- Stiffnes dan pembatasan gerak sendi ( ROM )
Cara Kerja :
- Ispeksi sendi terhadap tanda radang, dan palpasi adanya nyeri tekan
- Palpasi dan gerakan sendi, catat : krepitasi, adanya kekakua sendi dan nyeri gerak
- Tentukan ROM sendi : Rotasi, fleksi, ekstensi, pronasi/supinasi, protaksi, inverse/eversi,
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Angkat Tungkai Lurus
- Angkat tungkai pasien, luruskan sampai timbul nyeri, dorsofleksikan tungkai kaki
- Abnormal : nyeri tajan ke rah belakang tungkai à ketegangan / kompresi syaraf
2. Uji
CTS ( Carpal Tunnel Syndrome )
Uji PHALEN’S
- Fleksikan pergelangan tangan ke dua tangan dengan sudut maksimal, tahan selama 60 detik.
- Abnormal : Baal / kesemutan pada jari-jari dan tangan.
Uji TINEL’S
- Lakukan perkusi ringan di atas syaraf median pergelangan tangan
- Abnormal : ada kesemutan atau kesetrum
3. Tanda BALON
Tekan
kantung suprapatela dengan jari tangan, jari yang lain meraba adanya cairan.
PEMERIKSAAN
SISTEM INTEGUMEN
KULIT
Inspeksi
1. Warna kulit
Normal : nampak
lembab, Kemerahan
Abnormal :
cyanosis / pucat
2. Tekstur kulit
Normal : tegang
dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal :
menurun à dehidrasi,
nampak tegang à odema,
peradangan
3. Kelainan / lesi
kulit
Normal : tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
1.
bentuk Lesi
·
Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula,
pigmentasi, hypopigmentasi, pustula
·
Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel,
eskoriasi, lichenifikasi, scar, ulceratif.
2. distribusi dan konfigurasinya.
General,
Unilateral, Soliter, Bergerombol
Palpasi
1. Tekstur dan
konsistensi
Normal : halus
dan elastis
Abnormal : kasar,
elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2. Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin
( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3. Turgor kulit
Normal : baik
Abnormal :
menurun / jelek à orang tua,
dehidrasi
4.
Adanya hyponestesia/anestesia
5.
Adanya
nyeri
Pemeriksaan Khusus
AKRAL
- Ispeksi dan palpasi jari-jari tangan, catat warna dan suhu .
Normal
: tidak pucat, hangat
Abnormal
: pucat, dingin à
kekurangan oksigen
CR ( capilari Refiil )
- Tekan Ujung jari berarapa detik, kemudian lepas, catat perubahan warna
Normal : warna berubah merah lagi < 3 detik
Abnormal
: > 3 detik à
gangguan sirkulasi.
ODEM
- Tekan beberapa saat kulit tungkai, perut, dahi amati adanya lekukan ( pitting )
Normal
: tidak ada pitting
Abnormal
: terdapat pitting ( non pitting pada beri-beri )
KUKU
·
Observasi warna kuku, bentuk kuku,
elastisitas kuku, lesi, tanda radang
Abnormal :
- Jari tabuh ( clumbing Finger ) à penykait jantung kronik
- Puti tebal à jamur
RAMBUT TUBUH
- Ispeksi distribusi, warna dan pertumbuhan rambut
PEMERIKSAAN SISTEM
PERSAYARAFAN
PEMERIKSAAN FUNGSI
SENSORIK
1. Sensasi Taktil
- Siapkan alat kuas halus, kapas, ujung jari ( bila terpaksa )
- Penderita dapat berbaring atau duduk rileks, mata di pejamkan
- Lakukan sentuhan ringan ( jangan sampai menekan ), minta pasien “ya” bila merasakan dan “ tidak “ bila tidak merasakan
- Lakukan mulai dari ujung distal ke proksimal ( azas Ekstrem ), dan bandingkan kanan dan kiri ( azas Simetris ).
- Cari tempat yang tidak berbulu, beri sentuhan beberapa tempat, minta pasien untuk membandingkan.
- Lakukan sentuhan, membentuk huruf, minta pasien menebak.
Kelainan :
- Anestesia, hipestesia, hiperestesia.
- Trikoanestesia à kehilangan senasi gerak rambut
- Gravanestesia à tidak mampu mengenal angka/huruf.
2. Sensasi Nyeri superficial
- Gunakan jarum salah satu runcing dan tumpul
- Mata pasien dipejamkan
- Coba dulu, untuk menentukan tekanan maksimal
- Beri rangsangan dengan jarum runcing, minta pasien merasakan nyeri atau tidak
- Lakukan azas ekstri, dan simetris.
- Lakukan rangsangan dengan ujung tumpul dan runcing, minta pasien untuk menebaknya.
Kelainan
:
Analgesia, Hypalgesia, hiperalgesia.
3. Pemeriksaan
sensasi suhu
- Siapkan alat Panas ( 40-45 derajat ), dingin ( 5-10 )
- Posisi pasien berbaring dan memejamkan mata.
- Tempelkan alat, dan minta pasien menebak panas atau dingin
- Lakukan azas simetris dan ekstrim
Kelainan
:
Termastesia,
termhipestesia, termhiperestesia, isotermognosia
4. Sensasi Gerak dan posisi
- Pasien memejamkan mata
- Bagian tubuh ( jari-jari ) digerakkan pasif oleh pemeriksa
- Minta pasien menjelaskan posisi dan keadaan jari
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
·
Posisi Tubuh
à
postur hemiplegia, decorticate, deserebrate.
·
Gerakan involunter
à
tremor, tiks, chorea ..
·
Tonus otot
à
Spastis, kekakuan, flasid
·
Koordinasi
à
Tunjuk hidung jari : perintahkan pasien menyentuk hidung dan jari bergantian
dan berulang-ulang, catat adanya kegagalan.
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
( Muscle Stretch )
Penilaian
:
0 =
negative
+1 = lemah ( normal )
+2 = normal
+3 = meninggi, belum patologik
+4 = hyperaktif, sering disertai
klonus
1. Reflek
pada Lengan
·
Reflek Bisep
- Pasien duduk santai.
- Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi.
- Siku penderita diletakkan pada tangan pemeriksa
- Ibu jari pemeriksa diletakkan pada tendo bisep, kemudian pukul ibu jari dengan perkusi hamer.
- Amati gerakan lengan pasien
Hasil
:
Kontraksi
otot bisep, fleksi dan sedikit supinasi lengan bawah
·
Reflek Trisep
·
Pasien duduk santai.
·
Lengan lemas, sedikit fleksi dan
pronasi.
·
lengan
penderita diletakkan pada tangan pemeriksa
·
Pukul tendo pada fosa olekrani
Hasil
:
Trisep
akan kontraksi menyentak yang dirasakan oleh tangan pemeriksa
·
Reflek Brachioradialis
·
Posisi penderita duduk santai
·
Lengan relaks, pegang lengan pasien
dan letakkan tangan pasien diatas tangan pemeriksa dalam posisi fleksi dan
pronasi.
·
Pukul tendo Brachioradialis
Hasil
:
Gerakan
menyentak pada tangan
2. Reflek
pada tungkai
·
Reflek patella ( kuadrisep )
·
Posisi pasien duduk, denga kedua kaki
menjuntai
·
Tentukan
daerah tendo kanan dan kiri
·
Tangan
kiri memegang bagian distal ( paha pasien ), yang satu melakukan perkusi pada
tendo patella
Hasil
:
Ada kontraksi otot kuadisrep, gerakan menyentak akstensi
kaki
·
Reflek Achilles
·
Pasien dapat duduk menjuntai, atau
berlutut dengan kaki menjulur di luar meja
·
Tendo Achilles diregangkan, dengan
menekkan ujung tapak tangan
·
Lakukan
perkusi pada tendo, rasakan gerakan.
Hasil :
Gerakan menyentak kaki
PEMERIKSAAN REFLEK
PATOLOGIS
·
Reflek Babinski
- Posisi penderita terlentang
- Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki : dari bawah lateral, keatas menuju ibu jari kaki.
- Amati gerakan jari-jari kaki
Hasil
:
Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain
meregang
Abnormal : terjadi gerakan mencekeram jari-jari kaki
Tugas : tehnik reflek Gordon, chadoc, ophenhein.
PEMERIKSAAN REFLEK MENINGEAL
( Meningeal Sign )
1. Kaku Kuduk
- Pasien posisi berbaring
- Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat
Hasil
: + terdapat tahanan kuat
2. Tanda kernig
- Posisi pasien berbaring
- Angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya
Hasil
:
Normal
: kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat
Abnormal
( + ) : terjadi tahanan < 1 20 dan nyeri pada paha.
3.
Buzinsky 1
- Posisi pasien berbaring
- Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat
- Perhatikan gerakan tungkai kaki
Hasil
: + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan dengan fleksi kepala
4.
Buzinsky 2
- Posisi pasien berbaring
- Lakukan fleksi pada lutut kaki
- Amati kaki sebelahnya
Hasil
: + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
PEMERIKSAAN SYARAF
KRANIAL
I ( olfaktorius )
- pemeriksaan fungsi penghidu
II
( Optikus )
- periksa fungsi penglihatan dan lapang pandang
II,
III ( Optikus dan Okulomotoris )
- periksa reaksi pupil terhadap cahaya
III,
IV, VI ( Okulomotoris, trokleal, abdusen )
- periksa gerakan bola mata
V
( trigeminal )
- Raba kontraksi temporal
- Periksa gerakan mengunyah à otot maseter
- Periksa reflek kornea
- Uji sentuhan dan nyeri pada wajah
VII
( fasialis )
- Periksa gerakan otot wajah à tersenyum, mengkerutkan dahi, cemberut
VIII
( akustik )
- Periksa fungsi pendengaran
IX, X ( Glusofaringius dan vagus )
- Amati kesulitan menelan
- Dengarkan suara
- Amati naiknya langit-langit dg bunyi “ ah “
- Amati gag reflek
XI
( Aksesoris )
- Kaji kemampuan mengangkat bahu
- Kaji gerakan berputar wajah
XII
( Hipoglosal )
- Dengarkan artikulasi pasien
- Julurkan lidah, amati adanya atropi, asimetris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar