Rabu, 26 Februari 2014

TEKANAN DARAH & DENYUT NADI



I.       PENDAHULUAN
I.1 Landasan Teori
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah – yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini  menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008).
            Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).

Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya  darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah  (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1.      Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2.      Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3.      Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4.      Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.

Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).
Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2006)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan  pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah  dan tidak ada gelombang pulsa yang  bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran  darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan  mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar  dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.

I.2 Tujuan
Mengetahui prinsip pengukuran tekannan darah

II.    METODE KERJA
II.1 Alat
1)     Meja periksa / tempat tidr
2)     Stopwatch
3)     Sphygmomanometer
a)     Manometer air raksa + klep pembuka penutup
b)     Manset udara
c)     Selang karet
d)    Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup
4)     Stetoskop

II.2 Tata Kerja
Pilih satu relawan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah palpasi dan auskultasi, serta denyut nadi.
Lakukan pengukuran tekanan darah palpasi dan auskultasi, serta denyut nadi sebanyak 3 kali, cata dan hitung reratanya.
Prinsip pengukuran denyut nadi :
a)      Pembulkuh darah yang digunakan untuk mengukur denyut nadi antara lain adalah arteri radialis, arteri brakhialis, dan arteri karotis.
b)      Analisa yang dicatat terkait dengan pengukuran denyut nadi adalah frekuensi dan kualitas (teratur atau tidak teratur)
Prinsip pengukuran tekanan darah secara palpasi :
a)      Pasang manset di lengan atas (kanan), kurang lebih 2-3 jari di atas fossa cubiti
b)      Cari dan raba arteri radialis
c)      Kunci dan sekrup pompa tensimeter hingga arteri radialis tidak teraba dan tambahkan 20mmHg
d)     Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah denyut nadi arteri radialis teraba kembali. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah sistolik palpasi (tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan cara palpasi)
Prinsip pengukuran tekanan darah secara auskultasi :
a)      Pasang manset di lengan atas kanan, tambahkan 2-3 jari di atas foss cubiti.
b)      Cari dan raba arteri brakhialis
c)      Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brakhialis tidak terapa dan tambahkan 20mmHg
d)     Letakkan stetoskop di atas arteri brakhialis
e)      Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi pertama kali dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir sebelum menghilang. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik.

III. HASIL PERCOBAAN
NAMA
FREKUENSI DENYUT NADI (x/menit)
KUALITAS DENYUT NADI (Teratur / Tidak teratur*;Lemah / kuat)
TEKANAN SISTOLIK palpasi (mmmHg)
TEKANA SISTOLIK / DIASTOLIK auskultasi (mmHg)
EKI
65/ menit
Teratur ; kuat
110
110 / 80
70/ menit
Teratur ; kuat
107
120 / 80
71/ menit
Teratur ; kuat
100
105 / 75
Rata2
68,67 / menit

105,6
111,67 / 78,3
YUSUF
74/ menit
Teratur ; kuat
110
114 / 74
69/ menit
Teratur ; kuat
105
110 / 75
74/ menit
Teratur ; kuat
112
110 / 75
Rata2
72,3 / menit

109
111,3 / 74,67
IV. PEMBAHASAN
Denyut nadi dan tekanan darah adalah dua dari empat tanda vital (vital signs), yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fungsi kinerja tubuh. Dalam hal ini, denyut nadi dan tekanan darah mampu memberikan suatu pandangan mengenai kondisi sistem kardiovaskuler seseorang. Dua faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah posisi tubuh (posture) dan aktivitas fisik; dimana dengan mempelajari perubahan kedua faktor tersebut dan akibatnya terhadap  denyut nadi dan tekanan darah, maka tingkat kesehatan kardiovaskuler pun dapat diketahui.
Kami kembali melakukan praktikum tekanan darah seperti yang sudah kami lakukan pada praktikum BioMedis dan Fisika Medis. Hanya saja praktikum kali ini difokuskan pada fungsi kerja jantung dan mengukur apakah jantung bekerja secara normal ataukah tidak. Disini kami menggunakan 2 orang probandus yang terdiri dari satu laki – laki dan satu perempuan. Tujuan kami disini adalah untuk mengetahui perbedaan besarnya tekana darah antara laki – laki dan perempuan.
Fokus utaman kami adalah mengetahui prinsip pengukuran tekanan dara dan denyut nadi. Pada pengukuran frekuensi denyut nadi, Eki yang berjenis kelamin perempuan memiliki rata – rata frekuensi denyut nadi sebesar 68,67 / menit sedangkan Yusuf yang berjenis kelamin laki – laki memiliki rata – rata frekuensi denyut nadi sebesar 72,3 dan keduanya memiliki kualitas nadi yang bagus karena denyut nadinya teratur dan kuat.
Selanjutnya pada pengukuran tekanan darah secara palpasi di dapatkan rata – rata tekanan darah sistolik yang pada Eki adalah 105,6 sedangkan pada Yusuf 109. Untuk pengukuran tekanan darah secara auskultasi rata – rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada Eki adalah 111,67 / 78,3 sedangkan pada Yusuf adalah 111,3 / 74,67.

V.    DISKUSI
PERTANYAAN dan JAWABAN
1.      Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?
Jawaban :
Pemeriksaan denyut nadi nadi dapat dilakukan pada pembuluh darah:
a.       Arteri radialis
b.      Arteri brachialis
c.       Arteri carotis communis
d.      Arteri femoralis
e.       Arteri dorsalis pedis
f.       Arteri popolitea
g.      Arteri temporalis
h.      Arteri apical
i.        Arteri tibialis posterior
Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada :
v  Arteri Radialis
Terletak disepanjang tulang radialis lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari, relaif mudah dan sering dipakai secara rutin.
v  Arteri brakhialis
Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta pada kasus cardiac arrest pada infant.

2.      Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan Darah secara palpasi dengan cara auskultasi! (dari segi : konsep teori – sarana – prosedur pengukuran – hasil)\
Jawaban :
Palpasi
• Konsep teori
 pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan parsial dr manset yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba. Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan.Hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
• Alat
Jari II,III,IV dan sphygmomanometer
• Prosedur
a)      Pasang manset di lengan atas (kanan), kurang lebih 2-3 jari di atas fossa cubiti
b)      Cari dan raba arteri radialis
c)      Kunci dan sekrup pompa tensimeter hingga arteri radialis tidak teraba dan tambahkan 20mmHg
d)     Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah denyut nadi arteri radialis teraba kembali. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah sistolik palpasi (tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan cara palpasi)
Hasil
Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah
Auskultasi
• Konsep teori
Pemeriksaan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal sebagai Korotkoff I &IV
• Alat
 Stethoscope dan Sphygmomanometer
• Prosedur 
a)      Pasang manset di lengan atas kanan, tambahkan 2-3 jari di atas foss cubiti.
b)      Cari dan raba arteri brakhialis
c)      Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brakhialis tidak terapa dan tambahkan 20mmHg
d)     Letakkan stetoskop di atas arteri brakhialis
e)      Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi pertama kali dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir sebelum menghilang. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
• Hasil
Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik.  Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.

3.      Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah?
Jawaban :
Ya, berpengaruh. Cara pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar.
a.Apabila terlalu longgar
Apabila manset terlalu longgar, maka darah masih bisa mengalir seperti biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain itu pula menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi, sehingga tidak diperoleh hasil pengukuran yang valid.
b.Apabila terlalu ketat
Manset yang terlalu ketat pada saat pemasangan,akan menyebabkan tekanan yang di berikan  pompa sphygnomamometer  pada kantong karet tidak maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan, pengikatan pada lengan sudah ketat dan sudah ada tekanan, jadi bila di beri tambahan udara, tekanannya tidak terlalu maksimal; sehingga menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari seharusnya.

4.      Bagaimana kesimpulan tekanan darah dan nadi orang coba?
Jawaban :

VI. KESIMPULAN


VII.          KEPUSTAKAAN
Bronzino, Joseph D. 2000. The Biomedical Engineering Handbook, 2nd ed. CRC Press
Deakin, CD, Low JL. 2000. Accuracy of the advanced traume life support guidelines for predicting systolic pressure using carotid, femoral, and radial pulses: observational study. BMJ, 321 (7262): 673-4
Dryden, James. 2010. Difference between Pulse and Heart Rate. diambil dari: http://www.livestrong.com/article/88832-difference-between-pulse-heart. [5 April 2010] 
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier
Kanani, Mayzar, Martin Elliot. 2004. Applied Surgical Physiology Vivas. Cambridge University Press
MacWilliam, J.A. 1933. Postural Effects on Heart-Rate and Blood- Pressure. diambil dari: http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract. [5 April 2010]
Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School
Mirkin, Gabe, M.D. 2008. Recovery Heart Rate. diambil dari: http://www.drmir kin. com/heart/8076.html [6 April 2010]
Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse. [5 April 2010]
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition. McGraw-Hill
 Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Memelihara Kebugaran Kardiovaskuler. diam bil dari: http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32. [6 April 2010]
Stegemann, Jurgen. 1981. Exercise Physiology: Physiologic Bases of Work and Sport. YearBook Medical Publishers, Inc.: London

Tidak ada komentar: