Selasa, 12 April 2016

12 Benar Dalam Pemberian Obat

Prinsip 12 benar dalam pemberian obat, yaitu:

1. Benar Klien
 1) Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi    dan meminta menyebutkan namanya sendiri.
2) Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
3) Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
4) Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
 1)   Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
 2)   Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
 3)   Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali:
       a.       Pada saat melihat botol atau kemasan obat
       b.      Sebelum menuang/menghisap obat
       c.       Setelah menuang/ mengisap obat
 4)   Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
 5)   Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
 6)   Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat
 1)   Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
 2)   Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
 3)   Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
4)    Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu Pemberian
1)    Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2)    Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
3)    Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
4)    Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan
5)    Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
6)    Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
 1)      Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
 2)      Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral
 3)      Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral
 4)      Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan.Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah: a. oral (melalui mulut ): cairan , suspensi, pil, kaplet, atau kapsul; b. sublingual (di bawah lidah untuk absorpsi vena); c. bukal (diantara gusi dan pipi); d. topikal (dipakai pada kulit ); e. inhalasi (semprot aerosol); f. instilasi (pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina); g. parenteral : intradermal, subkutan, intramuskular, dan intravena.
6. Benar Dokumentasikan.    
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien    
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.
8. Hak klien untuk menolak    
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajian           
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10. Benar evaluasi           
Perawat selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan    
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain    
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis

Sumber : http://gadarmedikindonesia.or.id

Semoga Bermanfaat...

Kamis, 25 Februari 2016

Tatalaksana Penyakit Asam Urat (Supi)

Bagi penderita penyakit asam urat atau gout, dokter biasanya akan membuat sebuah rencana pengobatan dengan dua tujuan. Tujuan pertama adalah meredakan gejalanya dan tujuan kedua adalah mencegah terjadinya kembali serangan gout dengan cara menurunkan kadar asam urat.

Meredakan gejala penyakit asam urat

Meredakan gejala melalui teknik pengobatan sendiri

Penting untuk beristirahat dengan cukup selama Anda mengalami serangan gout. Angkatlah tungkai Anda dan hindarkan sendi yang sedang mengalami radang dari benturan. Mendinginkan sendi dengan cara kompres juga dapat membantu meredakan rasa nyeri. Kompres bisa dilakukan dengan sekantong kacang polong beku atau dengan es yang dibungkus dengan handuk.
Kompres sendi tersebut selama dua puluh menit. Jangan menempelkan es langsung ke kulit dan jangan mengompres lebih dari dua puluh menit karena dapat merusak permukaan kulit.

Meredakan gejala melalui obat-obatan

Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sebagai pereda rasa sakit

Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan jenis obat pereda sakit yang biasanya disarankan oleh dokter sebagai obat awal untuk menangani gejala gout. Kinerja obat ini mampu meredakan sakit dan peradangan. Beberapa jenis OAINS yang sering digunakan untuk menangani serangan gout adalah etoricoxib, diclofenac, dan naproxen.
Jika OAINS memang telah disarankan dokter untuk Anda, sebaiknya simpan obat tersebut di dekat Anda agar bisa cepat digunakan saat gejala serangan gout mulai muncul. Teruslah mengonsumsi obat ini selama peradangan masih berlangsung hingga dua hari setelah reda.
OAINS biasanya diresepkan dokter bersama dengan obat penghambat pompa proton (proton pump inhibitor/PPI) yang mampu meredakan efek samping dari OAINS seperti pendarahan di lambung, sakit maag, dan gangguan pencernaan.
Namun penggunaan OAINS sebaiknya dihindari oleh mereka yang telah mengalami gangguan perut seperti yang tercantum di atas dan bagi mereka yang fungsi ginjalnya telah menurun. OAINS juga sebaiknya dihindari mereka yang sedang mengonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah dan warfarin atau obat pengencer darah.

Colchicine sebagai pilihan alternatif

Jika Anda termasuk orang-orang yang tidak disarankan untuk menggunakan OAINS atau Anda disarankan menggunakannya, namun obat tersebut tidak cukup efektif, Anda bisa dialihkan ke alternatif lainnya, yaitu obat yang disebut cholchicine.
Colchicine sebenarnya bukan kategori obat pereda rasa sakit tapi colchicine mampu mengurangi daya kristal-kristal natrium urat  dalam menyebabkan peradangan di sekitar lapisan sendi atau sinovium. Dengan berkurangnya daya kristal-kristal tersebut, maka otomatis rasa sakit dari serangan gout juga bisa berkurang.
Sama seperti OAINS, jika colchicine merupakan obat yang diresepkan bagi Anda, simpanlah obat tersebut di rumah agar bisa segera digunakan saat serangan gout muncul.
Meski colchine dapat menjadi obat yang efektif untuk gout, namun obat ini sebaiknya digunakan dalam dosis rendah agar tidak menimbulkan efek samping. Umumnya dokter akan menyarankan pasien mengonsumsi obat ini maksimal dua hingga empat tablet perhari dan bagi Anda sebagai pasien, tentunya penting untuk mengikuti anjuran dokter tersebut.
Efek samping yang biasanya timbul jika kita mengonsumsi colchicine adalah diare, sakit perut, dan mual-mual. Bahkan dalam kasus yang parah, obat ini dapat menyebabkan masalah besar pada usus.

Kortikosteroid untuk mengobati penyakit asam urat parah

Kortikosteroid merupakan sejenis steroid yang kadang-kadang digunakan untuk mengobati penyakit gout yang sudah parah pada pasien yang tidak mempan lagi diobati dengan obat lainnya atau pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi OAINS dan colchicine. Beberapa pasien yang biasanya tidak diperbolehkan mengonsumsi kortikosteroid adalah mereka yang menderita gagal jantung, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal.
Pemberian kortikosteroid biasanya dengan cara disuntikan ke dalam otot atau langsung ke dalam sendi yang mengalami radang agar rasa sakitnya langsung mereda.
Kortikosteroid umumnya digunakan dalam dosis rendah dalam jangka pendek karena jika digunakan dalam dosis tinggi dalam jangka panjang, akan menimbulkan efek samping seperti:
  • Kelemahan otot
  • Memar
  • Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
  • Penipisan lapisan kulit
  • Pengeroposan tulang atau osteoporosis
  • Kenaikan berat badan
Selain efek samping di atas, penggunaan kortikosteroid di luar dosis yang dianjurkan juga dapat memperburuk glaukoma (penyakit mata yang bisa menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani) dan diabetes.

Mencegah terulangnya serangan penyakit asam urat

Ada dua metode atau cara yang digunakan untuk mencegah serangan penyakit asam urat atau gout di kemudian hari. Pertama adalah menurunkan kadar asam urat melalui obat-obatan dan yang kedua adalah menurunkan kadar asam urat melalui perubahan gaya hidup.

Menurunkan kadar asam urat melalui obat-obatan

Penanganan dengan obat-obatan secara jangka panjang direkomendasikan terutama bagi mereka yang:
  • Sering mengalami serangan gout dan memiliki benjolan kecil di bawah kulit yang disebut tofi.
  • Memiliki riwayat batu ginjal.
  • Mengalami penurunan fungsi ginjal.
  • Terdeteksi mengalami kerusakan sendi, baik akibat gejala yang terkait, maupun kerusakan yang terdeteksi oleh sinar X.
Sekitar empat puluh persen penderita diketahui mengalami kondisi di atas saat penyakit gout mereka pertama kali terdiagnosis. Dan lebih dari delapan puluh persen penderita gout mengalami kondisi tersebut dalam kurun waktu lima tahun. Oleh karena itu penanganan dengan obat-obatan penting bagi hampir seluruh penderita agar penyakit gout mereka tidak makin parah.
Terapi obat-obatan penurun asam urat merupakan istilah yang digunakan untuk penanganan utama penyakit gout. Sesuai namanya, tentu saja tujuan metode ini adalah untuk menurunkan kadar asam urat di bawah batas atau titik jenuh yang dibutuhkan kristal-kristal untuk membentuk diri. Selain mampu mencegah terbentuknya kristal-kristal baru, metode ini juga mampu melarutkan kristal-kristal yang sudah ada. Meski seluruh kristal dalam tubuh pada akhirnya menghilang, Anda disarankan untuk tetap melanjutkan metode ini sebagai bentuk perlindungan.
Sebagian besar penderita gout langsung memulai langkah pengobatan ini setelah mereka terdiagnosis. Mereka ingin mengurangi frekuensi kambuh dan mencegah kerusakan sendi. Sebaiknya tanyakanlah terlebih dahulu kepada dokter mengenai keuntungan dan efek samping yang merugikan dari metode ini. Jika Anda setuju, biasanya pertama kali dokter akan merekomendasikan obat bernama allopurinol.

Allopurinol yang dapat menghambat enzim pengubah purin

Allopurinol membantu menurunkan kadar asam urat dengan cara menghambat enzim yang bertugas mengubah purin menjadi asam urat. Allopurinol sendiri sebenarnya bukan obat penghilang rasa sakit yang efek penggunaannya langsung terasa saat serangan gout terjadi.
Allopurinol merupakan tablet diminum sekali dalam sehari. Dosis obat ini harus disesuaikan untuk memastikan tercapainya penurunan kadar asam urat sesuai target, yaitu di bawah 360 umol/L atau 6mg/dl. Dosis allopurinol biasanya akan meningkat tiap tiga hingga empat minggu, tergantung hasil pemeriksaan darah.
Setelah target tersebut tercapai, kristal-kristal dalam tubuh biasanya akan menghilang seluruhnya dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan, namun pasien sebaiknya terus mengonsumsi allopurinol seumur hidupnya untuk mencegah datangnya kembali serangan gout.
Untuk menakar dosis yang paling tepat untuk kondisi Anda, dapat memakan waktu yang cukup lama dan Anda mungkin masih membutuhkan beberapa tes darah.
Kadang-kadang serangan gout dapat terjadi ketika Anda pertama kali menggunakan pengobatan dengan allopurinol. Hal tersebut disebabkan oleh larutnya atau mengecilnya kristal-kristal yang ada di tulang rawan sendi akibat kadar asam urat yang berkurang drastis hingga di bawah titik jenuh. Kristal yang mengecil tersebut menjadi lebih mudah meloloskan diri dari tulang rawan ke dalam rongga sendi dan akhirnya membuat lapisan sendi atau sinovium mengalami radang. Namun jangan khawatir, risiko tersebut dapat dikurangi dengan meningkatkan dosis allopurinol secara perlahan-lahan.
Merupakan hal yang wajar jika selama proses pengecilan dan penghilangan tersebut, Anda mengalami beberapa serangan gout. Hal tersebut akan berhenti setelah tubuh Anda benar-benar bersih dari kristal natrium urat. Yang terpenting adalah Anda jangan menyerah menjalani terapi pengobatan ini demi hasil yang maksimal.
Jika terjadi peradangan gout yang hebat ketika Anda sedang menjalani pengobatan dengan allopurinol, usahakan untuk tidak berhenti mengonsumsi obat ini. Dokter bisa meresepkan obat lainnya sebagai tambahan untuk meredakan rasa nyeri.
Meski sebagian besar penderita gout tidak mengalami efek samping saat mengonsumsi allopurinol, namun sepuluh persen dari mereka mengalaminya. Efek samping tersebut biasanya berupa ruam kulit. Kendati efek samping yang muncul terbilang ringan dan hanya sementara, namun Anda dianjurkan untuk menghentikan pengobatan dahulu dan memeriksakan diri kepada dokter karena dikhawatirkan Anda mengalami alergi. Jika pengobatan dengan allopurinol memang harus dihentikan, biasanya dokter akan meresepkan obat pengganti. Selain ruam kulit, efek samping lain dari penggunaan allopurinol adalah diare, sakit kepala, dan gangguan pencernaan.
Untuk alasan kesehatan, dokter biasanya akan melarang pasien gout tertentu untuk menggunakan allopurinol. Contoh pasien gout tertentu yang dimaksud di sini adalah mereka yang sedang mengonsumsi obat-obatan imunosupresan (obat yang sering digunakan untuk membantu tubuh menyesuaikan diri dengan organ cangkokan), dan mereka yang sedang mengonsumsi siklofosfamid (obat yang digunakan untuk mengobati kanker)
Selain kondisi-kondisi medis di atas, dokter juga biasanya akan melarang konsumsi allopurinol pada pasien gout yang menderita gangguan ginjal yang parah. Namun, jika gangguan ginjal tersebut masih tergolong ringan, biasanya dokter akan tetap memberikan obat ini, namun dalam dosis harian serta kenaikan dosis perbulan yang rendah, yaitu sekitar lima puluh miligram.

Terapi obat-obatan lainnya yang kurang umum digunakan

Selain obat-obatan pencegah penyakit gout yang telah disebutkan di atas, ada obat-obatan lainya seperti probenecid, sulphinpyrazone, dan benzbromarone. Meskipun tidak lazim digunakan, ketiga obat ini dapat membantu kinerja ginjal dalam membuang asam urat pada tubuh.
Saat ini probenecid dan sulphinpyrazone jarang digunakan dalam terapi penurunan asam urat karena kurang efektif dan tidak cocok bagi mereka yang tengah menderita sakit ginjal. Berbeda halnya dengan benzbromarone, obat ini cocok bagi penderita ginjal, dan efektif dalam menurunkan asam urat dalam tubuh.
Ketiga obat-obatan yang disebut di atas bukan merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Selain itu, obat-obatan tersebut biasanya diperuntukkan bagi penderita gout yang tidak bisa mengonsumsi obat lainnya, seperti allopurinol.

Perubahan gaya hidup sebagai bagian pencegahan dan pengobatan

Selain dengan menggunakan obat-obatan, kita juga bisa mencegah atau mengobati penyakit asam urat dengan menerapkan pola atau gaya hidup sehat. Pola hidup sehat bisa bermacam-macam, yaitu menghindari makanan atau minuman yang dapat meningkatkan kadar asam urat, menurunkan berat badan dengan diet atau olahraga, dan banyak mengonsumsi air mineral.

Mencegah penyakit asam urat melalui makanan

Makanan yang mengandung banyak purin, dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh kita dan membuat kita rentan untuk terserang penyakit asam urat. Oleh karena itu hindarilah makanan yang semacam itu. Contoh-contoh makanan yang banyak mengandung purin adalah sebagai berikut:
  • Makanan laut (kerang-kerangan, kepiting, udang, dan telur ikan).
  • Jeroan (jantung, hati, ginjal, dan otak).
  • Ikan yang banyak mengandung minyak (sarden, makarel, dan ikan teri).
  • Binatang buruan (daging rusa, kelinci, dan ayam hutan).

Hindari konsumsi minuman keras

Jika terlalu banyak mengonsumsi minuman keras, maka produksi asam urat di dalam hati akan meningkat, selain itu unsur alkohol juga dapat mengurangi jumlah asam urat yang dibuang melalui urin. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit gout, hal ini wajib diperhatikan untuk menghindarkan diri mereka dari serangan gout.
Jenis minuman keras yang menduduki urutan pertama penyebab penyakit gout adalah bir dan bir hitam. Kedua minuman itu juga mengandung purin yang tinggi. Setelah bir dan bir hitam, berikutnya yang harus diwaspadai adalah minuman keras berjenis spirit, seperti wiski dan vodka.
Bagaimana dengan wine? Sebuah penelitian mengatakan bahwa wine tidak akan secara signifikan meningkatkan risiko penyakit gout, asalkan diminum sesuai takaran yang masih tergolong sehat.

Minum air secukupnya

Disamping dapat terhindar dari dehidrasi, kandungan air yang cukup dalam tubuh kita juga dapat memperlancar pembuangan asam urat melalui urin. Disarankan agar kita minum sekitar enam hingga delapan gelas air mineral perhari, bahkan lebih jika kita juga melakukan olahraga atau sedang berada di bawah cuaca panas.

Mencegah penyakit asam urat dengan mengurangi berat badan

Biasanya kadar asam urat yang tinggi juga dialami oleh mereka yang memiliki tubuh gemuk. Oleh karena itu penting untuk mengurangi berat badan agar terhindar dari risiko serangan gout. Hindarilah makanan berprotein tinggi karena makanan tersebut biasanya juga mengandung purin yang tinggi.
Dalam menurunkan berat badan, jangan mengesampingkan pentingnya berolah raga secara cukup. Olah raga selain dapat menurunkan kadar asam urat dan risiko penyakit gout, juga dapat membuat Anda lebih sehat dan bertenaga.
Jika Anda sedang mengalami serangan gout, jangan melakukan kegiatan fisik atau olah raga yang dapat memberikan tekanan pada sendi yang meradang. Istirahatkan sendi Anda sebisa mungkin dalam posisi terangkat. Meski Anda tetap ingin melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran, sebaiknya pilih olahraga renang. Saat Anda berenang, air akan turut menopang berat badan sehingga sendi Anda terhindar dari tekanan.

Mencegah penyakit asam urat dengan vitamin C

Menurut sebuah penelitian, vitamin C mampu mencegah penyakit asam urat dengan cara meningkatkan kinerja ginjal dalam membuang asam urat yang ada di tubuh kita. Dosis vitamin C yang dianjurkan adalah 500 miligram perhari.
Namun sebelum Anda mengonsumsi suplemen vitamin C, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter karena dikhawatirkan Anda memiliki masalah kesehatan atau sedang menjalani pengobatan tertentu yang bersifat intoleran dengan suplemen vitamin C.

Sumber : http://www.alodokter.com.

Diet Penderita Asam Urat

Peradangan sendi gout arthritis yang disebabkan penumpukan asam urat seringkali menimbulkan rasa sakit luar biasa. Nyeri ini disebabkan oleh kristal asam urat yg berbentuk spt jarum. Biasanya kristal asam urat terbentuk pada persendian jempol kaki dan jari-jari atau tulang2 kecil kaki (metatarsal dan tarsal). Selain itu, asam urat juga dapat mengendap dalam ginjal shg terbentuk batu asam urat.

Serangan asam urat bisa terjadi dalam hitungan hari atau bulan. Pria dan penyandang obesitas adalah kelompok yang berisiko tinggi mengalami kenaikan asam urat atau hiperurisemia. Sebenarnya, nyeri akibat asam urat bisa dicegah dengan mengatur keseimbangan kerja, olahraga dan istirahat di samping menghindari makanan tertentu.

Asam urat berasal dari purin yg banyak terdapat dalam daging merah termasuk otot kita sendiri. Jika aktivitas fisik kita terlalu berat (ditandai oleh rasa pegal) sementara kita juga kurang minum dan air seni kita terlalu asam krn banyak mengonsumsi daging, lemak dan alkohol, maka terjadilah kenaikan kadar asam urat (di atas 7 utk pria dan 5,5 utk wanita) yg bisa dgn atau tanpa nyeri sendi akibat pengendapan kristal asam urat. Kadar asam urat pria lebih tinggi dari wanita krn massa ototnya lebih besar.

Ada beberapa makanan yang sebaiknya tidak Anda konsumsi atau setidaknya harus dikurangi porsinya agar nyeri akibat asam urat bisa dicegah. Apa saja makanan tersebut?

- Jamur kering
Jamur mengandung purin yg tinggi tetapi jamur kering jauh lebih tinggi lagi krn dengan pengeringan, purin lebih terkonsentrasi dg jumlah yg jauh lebih besar.

- Tape
Keberadaan ragi yg memfermentasikan karbohidrat menjadi asam laktat dan alkohol bukan hanya meningkatkan kandungan purin tapi juga membuat air seni lebih asam shg asam urat mengendap sbg kristal dan tidak bisa dibuang keluar oleh ginjal.

- Kerang
Untuk mengurangi risiko munculnya nyeri asam urat, Anda harus mengurangi konsumsi daging kerang. Saran ini dikemukakan Lona Sandon, asisten profesor gizi klinik di University of Texas Southwestern Medical Center, Amerika Serikat.

"Hewan laut satu ini sangat kaya akan purin, yang oleh tubuh akan dipecah menjadi asam urat. Jika ingin mengonsumsinya, sebaiknya jangan terlalu banyak," kata Sandon, seperti dikutip dari Health.com

- Alkohol

Minum minuman beralkohol akan meningkatkan risiko serangan asam urat hingga dua kali lipat. Alkohol tidak hanya meningkatkan asam urat tetapi juga membuat tubuh makin sulit membersihkannya dari sistem ekskresi spt ginjal. Jika memang ingin minum, lebih baik pilih red wine yg mengandung resveratrol antioksidan pencegah pembentukan asam urat. Minum bir hanya membuat nyeri asam urat makin parah.

- Daging merah dan jerohan

Seperti dikatakan sebelumnya daging kaya akan purin. Namun tidak semua daging memiliki kadar purin yang sama. Daging putih biasanya lebih sehat daripada daging merah. Sebenarnya tidak masalah jika Anda mengonsumsi daging merah, tetapi pastikan jangan terlalu sering dan jangan meminum kaldu atau kuahnya yg kental.

- Minuman manis

Hindari konsumsi minuman manis yg mengandung sukrosa dan fruktosa yg tinggi seperti soft drink atau jus buah kemasan. Pemanis buatan yang terkandung di dalamnya juga membuat tubuh lebih banyak memproduksi asam urat. Penelitian menunjukan pria yang mengonsumsi banyak minuman berfruktosa tinggi berisiko lebih tinggi terkena asam urat. Namun demikian, soda water yg hanya mengandung natrium bikarbonat tanpa gula akan melarutkan kristal asam urat shg kristal tsb dapat diekskresikan ke dalam air seni.

- Asparagus

Asparagus, kembang kol, bayam dan jamur basah mengandung lebih banyak purin dibandingkan sayuran lainnya. Tetapi jika Anda tidak terlalu banyak mengonsumsinya, tidak masalah. Menurut Sandon, tubuh juga sebenarnya lebih mudah mengeluarkan purin yang bersumber dari bahan nabati. Hal yg sama juga terjadi pada kacang dan emping.

- Daging burung. Burung yg terbang terus dan jarang minum spt angsa liar juga kaya akan purin krn hewan tsb dapat menyimpan purin dan asam urat dalam tubuhnya sbg bahan utk membentuk alantoin (bagian dari kuning telur).

- Sarden
Selain kandungan purin yg tinggi, ikan sardine yg dikalengkan juga mengandung kuah atau kaldu yang dapat membuat air seni menjadi asam.

Singkatan utk mengingat makanan yg harus dikurangi konsumsinya adalah JASBUKET yg tdd: Jerohan dan Jamur kering, Asparagus, Alkohol, Sarden, Sayuran yg tumbuh cepat spt jamur serta bayem, Burung, Kaldu, Kacang, Emping, dan Tape.

Sumber : http://www.pantirapih.or.id

Jumat, 13 Maret 2015


HIRARCHY OF CONTROL (HIRARKI PENGENDALIAN)
Oleh : Franly Onibala
Mahasiswa S2 Prodi IKM Unsrat Manado
 
A.    PENDAHULUAN
Sebelum kita masuk pada Pengendalian bahaya, kita harus mengetahui apa itu bahaya. Pengertian bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) - definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.
Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.
Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakkan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.
Pengendalian Bahaya di tempat kerja adalah proses yang dilakukan oleh instansi atau perusahaan dalam mencapai tujuan agar para pekerja di instansi atau perusahaan dapat menghindari resiko aktivitas yang dapat berpotensi menimbulkan cedera dan penyakit akibat kerja sebagai tujuan awal dari suatu perusahaan.

B.     TUJUAN PENGENDALIAN
Tujaun dari pengendalian adalah  mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksana rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat dimabil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang.
C.    PENGENDALIAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA ( HIRARKI)
Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment), hirarki pengendalian (hierarchy of control) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi. Secara efektifitas, hirarki control pertama diyakini memberikan efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua.
Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu melalui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat keparahan suatu kecelakaan atau paparan.
Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen  keselamatan, kesehatan kerja antara lain:
Hierarki Pengendalian Resiko
Gambar 1. Hirarchy of Control
1.      Eliminasi
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.
Contoh:
Ø  bahaya jatuh, (lantai licin)
Ø  bahaya ergonomi, (tempat duduk)
Ø  bahaya ruang terbatas,
Ø  bahaya bising, (kurangi/hilangkan bising)
Ø  bahaya kimia (buang/hilangkan bahan-bahan kimia berbahaya ditempat kerja)

2.      Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
Contoh :
Ø  Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
Ø  Proses menyapu diganti dengan vakum
Ø  Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
Ø  Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
3.      Pengendalian Teknis / Perancangan / Rekayasa Teknik
Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut.  Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya. Pengendalian secara teknis yakni pengendalian yang ditunjukan terhadap sumber bahaya atau lingkungan ,seperti:
a.       Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali.
b.      Isolasi,yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja , misalnya pengadaan ruang panel,larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan,menutup unit operasi yang berbahaya.
c.       Cara basah, dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang mengotori udara karena partikel debu mengalami berat.
d.      Merubah proses, misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses basah untuk menghindari debu.
e.       Ventilasi keluar setempat  ( lokal exhaust ventilation ), yaitu suatu cara yang dapat menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan berbahaya tersebut masuk keudara ruang kerja.
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh :
Ø  penutup mesin/machine guard,
Ø  circuit breaker,
Ø  interlock system,
Ø  start-up alarm,
Ø  ventilation system,
Ø  sound enclosure,
Ø  pemasangan general dan local ventilation
Ø  pemasangan alat sensor otomatis.
Ø  alarm system,
Ø  detektor asap,
Ø  tanda peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).
5.      Pengendalian Administrasi
Pengendalian secara administratif adalah peraturan-peraturan administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya ( pemaparan )dengan faktor bahaya atau contaminant.
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
Contoh :
Ø  seleksi karyawan,
Ø  adanya standar operasi baku (SOP),
Ø  pelatihan,
Ø  pengawasan,
Ø  modifikasi prilaku,
Ø  jadwal kerja,
Ø  rotasi kerja,
Ø  pemeliharaan,
Ø  manajemen perubahan,
Ø  jadwal istirahat,
Ø  investigasi atau pemeriksaan kesehatan
Ø  pemisahan lokasi
Ø  pembentukan sistem kerja.
6.      Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,karena APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti : Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik., meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Contoh :
Ø  Helmet
Ø  Safety Shoes
Ø  Ear plug/muff
Ø  Safety goggles
Ø  Masker
Ø  kacamata keselamatan,
Ø  sarung tangan, earplug,
Ø  pakaian (Uniform)
Ø  APD kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus).
D.    REFERENSI
Alli O.B. (2008). Fundamental Principles Of Occupational Health and Safety Second Edition. ILO: Geneva.
OHSAS 18001:2007. Sistem Manajemen K3: Persyaratan.