BAB II
PEMBAHASAN (ISI)
A.
Definisi
Pengaturan
Diri (Regulasi Diri)
Brisette dan Leventhal (2003) dalam Denise (2006) menemukan bahwa dua pertiga dari lebih 2.700 publikasi yang mengandung kata kunci 'self-regulation' diterbitkan setelah tahun 1990. Semakin populernya ini dekemukakan berbagai pandangan yang berbeda dalam berbagai prinsip-prinsip pengaturan diri.
Regulasi diri (self regulation) adalah proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka, mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut. (klikpsikologi.com).
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya.Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya (Ghufron, 2010 di unduh dari eprints.walisongo.ac.id)
Shonkoff and Phillips (2000) dalam Gillespie (2006) pada laporan From Neurons to Neighborhoods: The Science of Early Childhood Development, mendefinisikan regulasi diri pada anak adalah sebagai kemampuan anak untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh, mengatur kemampuan emosi, dan mempertahankan fokus serta perhatian.
B.
Perbedaan Kontrol Diri dan Pengaturan Diri
Kontrol diri
adalah dimana Individu sudah mampu menggunakan sendiri strategi- strategi
ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi,
namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditunjukkan oleh
model (seperti bayangan akan performansi model sebelumnya) dan sudah
menggunakan proses self reward. Sedangkan
Pengaturan diri merupakan level terakhir dimana individu mulai
menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi
oleh tujuan serta self efficacy untuk sukses. Individu sudah bisa
memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk
kondisi berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak sama sekali. (repository.usu.ac.id).
C.
Hubungannya dengan Kontrol Diri dan Kehendak/Kemauan
Konrol
diri erat kaitannya dengan bagaimana seseorang menggunakan pilihan hidup. Mana
yang akan kita pilih, kita berfikir negatif karena keadaan yang negatif atau
karena kita berfikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif. Ketika kontrol diri tidak berada pada
kesadaran bahwa realitas adalah hasil akumulasi pilihan, maka kita akan kehilangan
optimisme karena energi yang bekerja membentuk format hidup berupa energi
negatif. (file.upi.edu).
Individu
dengan tingkat pengendalian diri rendah suka mengikuti kata hati, tidak
sensitive, self-centered, risk taker, suka
bertindak physical, simple dan mudah
(Gottfredson dan Hirschi, 1990 dalam Sibarani, 2013 --- jurnal pengendalian
diri).
Willpower
Theory (Teori Kehendak) terdiri dari dua teori yakni Limited Theory dan Unlimited
theory. Limited Theory adalah
dimana ketika setelah aktivitas mental akan menguras energy fisik kita, maka
kita harus istirahat untuk mengisi kembali energy yang habis. Sedangkan Unlimited/nonlimited
theory kebalikan dari teori limited yakni justru setelah aktivitas mental
yang berat, kita memiliki energy/semangat/motivasi untuk tantangan selanjutnya.
Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa intake glukosa memperbaiki kontrol diri untuk limited theory of willpower tapi tidak
memberikan pengaruh pada nonlimited
theory of willpower (Job et al., 2013).
D.
Neurologi Kognitif dari Regulasi Diri
Prefrontal Cortex (latin: Cortex Prefrontalis) adalah salah
satu bagian anterior dari otak yang terletak pada Lobus Frontal, di depan
daerah motor dan premotor. Komponen Prefrontal Cortex terdiri atas Superior
Frontal Gyrus, Middle Frontal Gyrus, dan Inferior Frontal Gyrus. Bagian
arterinya terdiri atas Anterior Cerebral dan Middle Cerebral. Serta bagian
venanya adalah Superior Sagittal Sinus. Area-area yang terdapat dalam
Prefrontal Cortex antara lain adalah Frontal Eye fields, Dorsolateral
Prefrontal Cortex, Frontopolar area, Orbitofrontal area, Broca Pars
Opercularis, Broca Pars Tringularis, Dorsolateral Prefrontal Cortex, dan
Inferior Prefrontal Gyrus.
Prefrontal Cortex area merupakan bagian terdepan dari lobus
frontal, lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi
neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention,
personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih
tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku.
Fungsi eksekutif juga dilakukan oleh daerah Prefrontal Cortex, yaitu
berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling
bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan
berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan
yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan
"kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika
tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial).
Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan, memformulasikan,
memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua kegiatan sistem syaraf yang
ada (Stuff and Benson. 1987).
Sebagai mahasiswa Psikologi, mempelajari bagian Prefrontal
Cortex adalah sesuatu yang penting. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku dan proses mental manusia. Tingkah laku dan proses mental
yang dipelajari tersebut, yang disebutkan sebelumnya seperti fungsi
neuropsikiatri, fungsi motorik, maupun fungsi eksekutif diproses dalam area
Prefontal Cortex. Oleh karena itu, dengan mengetahui apa saja yang terjadi
dalam Prefrontal Cortex, tentunya akan memudahkan mahasiswa Psikologi khususnya
dalam mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia dilihat dari aspek
fisiknya.
Anatomi
Prefrontal Cortex
Gambar
1. Lokasi Korteks Prefrontalis
Gambar
2. Area Prefrontal
Korteks
prefrontal (PFC) adalah bagian anterior dari lobus frontalis dalam otak,
terletak di depan daerah motor dan premotor. Ada tiga cara yang mungkin untuk
mendefinisikan korteks prefrontal:
ü
Sebagai korteks frontal granular
ü
Sebagai zona proyeksi inti mediodorsal thalamus
ü Sebagai
bagian dari korteks frontal yang rangsangan listriknya tidak menimbulkan
gerakan
1.
Orbitofrontal cortex (OFC) :
OFC termasuk
bagian dari prefrontal cortex yang menerima proyeksi dari magnocellular,
nukleus medial (tengah – tengah) dari mediodorsal thalamus. Meski bagian ini
termasuk masih banyak misteri, OFC merupakan bagian yang berperan pada proses
kogntif decision-making dengan peran alaminya sebagai pengekalkulasi
‘untung-rugi’ dari suatu tindakan berdasarkan konstruk – konstruk dari reward
dan punishment yang sudah dapat dipelajari.
2.
Dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) :
Korteks prefrontal
dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi eksekutif’ seperti working
memory,pembentukan niat tindakan yang goal-directed, penalaran
abstrak, dan pengendalian attensi (perhatian). Selain itu, daerah ini otak
diyakini penting untuk pengaturan mempengaruhi negatif. Penting untuk penilaian
kembali dan penekanan dari pengaruh perasaan negatif. Perannya dalam
pengendalian bukan hanya pada perasaan negatif, melainkan hingga pada
pengendalian diri, dimana pada akhirnya berperan besar dalam proses pengambilan
keputusan.
3.
Ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC)
Ventrolateral PFC
(VLPFC) diduga terlibat dalam tugas-tugas yang relative sederhana, seperti
pemeliharaan informasi jangka pendek yang sementara tidak dapat dilakukan dalam
working memory (misalnya, mengingat nomor telepon yang baru saja
dikatakan sebelum diketik pada telepon).
Fisiologi
Prefrontal Cortex
Prefrontal
area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus korteks terbesar
yang berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri (planning,
organizing, problem solving, selective attention, personality) dan fungsi
motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive
functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Pada wilayah ini otak telah
terlibat dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks, ekspresi
kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial moderat yang benar.
Kegiatan dasar wilayah ini adalah otak dianggap sebagai orkestrasi dari pikiran
dan tindakan sesuai dengan tujuan-tujuan internal.
Istilah
psikologi yang paling khas untuk fungsi-fungsi yang dilakukan oleh daerah
korteks prefrontal adalah fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif berhubungan dengan
kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling bertentangan, menentukan
baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda, konsekuensi masa
depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, prediksi
hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial (kemampuan
untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil
tidak dapat diterima secara sosial).
Prefrontal
cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan, memformulasikan, memilih,
memonitor, memodifikasi, dan menilai semua kegiatan sistem syaraf yang ada
(Stuff and Benson. 1987). Prefrontal cortex berfungsi memberi informasi dari
semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut sehingga berguna untuk membentuk
penilaian. Kemudian secara konstan berisi representasi aktif pada working
memory, sebagaimana representasi tujuan dan konteks. Sayangnya, prefrontal
cortex yang merupakan salah satu daerah yang paling penting dalam otak, juga
salah satu yang paling rentan terhadap cedera.
DISFUNGSI PADA PREFRONTAL CORTEX
Sindrom
yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi menjadi 3 area, yaitu
Lateral Prefrontal Cortex, Medial Prefrontal Cortex, dan Orbital Prefrontal
Cortex. Masing-masing sindrom tersebut adalah sebagai berikut :
Lateral
Prefrontal Cortex :
Gangguan pada area ini dapat
disebabkan oleh penyakit, trauma, tumor, atau vascular accident. Adapula
sindrom yang dapat muncul adalah :
a. Attention Disorder, gangguan pada selective
attention
b. Apathy
c. Dysexecutive Syndrome
d. Gangguan untuk melakukan working memory dan
planning behavior
e. Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder
yang disebabkan kerusakan pada bagian left prefrontal
f. Depression, (kerusakan bagian hemisphere
kiri)
Orbital
Prefrontal Cortex :
Gangguan pada area
ini dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor dan aneurysms anterior
communicating arteri, dan lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul
adalah :
a. Gangguan
Exclusionary aspect, yaitu divided attention
b. Orbirofrontal
Hypermotility
c. Criminal
Sociopath atau Psycopath
d. ADHD pada
anak yang hiperaktif
e. Poor
Judgement
f. Disinhibition
g. Emotional
Lability
Medial
Prefrontal Cortex
Gangguan pada area
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit tumor, dan lain-lain.
Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :
a. Hypokinesia
dan Akinesia
b. Defective
Self-monitoring
c. Akinetic
Mutism
d. Neurovegetative Deteriorentation
e. Apathy
f. Kesulitan inisiasi dan gangguan
kinerja bagian mata atau speech movements
Gangguan perilaku berhubungan
dengan Prefrontal cortex
Masalah perilaku
diasosiasikan pada kerusakan frontal lobe dapat diklasifikasikan secara kasar
menjadi 5 kelompok yang dapat tumpang-tindih :
1. Problems of
starting; mucul dalam bentuk penurunan spontanitas, penurunan
produktivitas, penurunan rata-rata perilaku yang dilakukan, atau menurun atau
hilangnya inisiatif.
2. Difficulties in making mental or behavioral shifts.
Permasalahan yang dapat terjadi ada pada atensi, perubahan gerakan, atau
fleksibilitas dalam sikap, berada dalam lingkup perseveration atau rigidity
(kekakuan). Perseveration merujuk pada perpanjangan yang berulang
atau melanjutkan suatu aksi atau aktivitas bersekuens, atau pengulangan pada
respon yang sama atau mirip pada variasi pertanyaan, tugas, atau situasi (E,
Goldberg dan Tucker, 1979; Walsh dan Darby, 1999).
3. Problems in stopping – pada kegiatan berhenti atau memodulasi
perilaku yang sedang dilakukan-mucul dalam bentuk impulsivitas, reaksi
berlebihan, disinhibisi, dan kesulitan menahan respons yang salah atau yang
tidak diinginkan, khususnya ketika respon itu memiliki nilai asosiasi yang kuat
atau merupakan bagian dari rantai suatu respon.
4. Deficient self-awareness. Menghasilkan ketidakmampuan untuk
mempersepsi kinerja yang salah (error), untuk mengapresiasi dampak yang dibuat
pada orang lain, untuk mengukur situasi social dengan baik/cocok, dan untuk
berempati pada orang lain (Eslinger, Grattan, dan Geder, 1996; Prigatano,
1991c; Prigatano dan Schacter, 1991, passim; Schacter, 1990b; Struss,
Gow, dan Heterington, 1992).
5. A congrete
attitude, atau hilangnya sikap abstrak (K.Goldstein, 1944, 1948). Hal ini
menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk memisahkan diri dari lingkungan yang
mengelilinginya dalam sikap lateral dimana objek, pengalaman, dan perilaku
termasuk pada nilai yang jelas. Pasien menjadi tidak mampu untuk merencanakan
dan meramalkan atau mempertahankan perilaku mencapai tujuan(goal-directed
behavior).
E.
Peran dan Pengaruh Pengaturan Diri dalam Perilaku
Kesehatan
Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi,
kemungkinan akan mampu mengontrol dan mengarahkan perilakunya. Individu
tersebut pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam
dirinya. Sedangkan individu yang memiliki kontrol diri rendah, kemungkinan
cenderung tidak mampu melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk merokok..
Individu tersebut sangat sulit untuk tidak merokok dan secara terus menerus
terjadi peningkatan jumlah rokok yang dihisap tiap hari, tanpa dapat
mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan, baik terhadap dirinya
sendiri, ataupun orang – orang di sekitarnya (Ray 1983 dalam Komolohadi,
2008).
Kualitas kesehatan
dipengaruhi oleh gaya hidup. Untuk tetap sehat, kita harus olahraga, kurangi
lemak, hindari merokok, menjaga tekanan darah stabil, dan kembangkan cara
mengelola stress. Melalui kebiasaan-kebiasaan hidup sehat ini, kita bisa hidup
lebih lama, lebih sehat, dan mencegah proses menua secara dini. Manajemen diri
adalah obat yang manjur. (Bandura, 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar