Jumat, 19 Desember 2014

BAB II
PEMBAHASAN (ISI)


A.    Definisi Pengaturan Diri (Regulasi Diri)
         Brisette dan Leventhal (2003) dalam Denise (2006) menemukan bahwa dua pertiga dari lebih 2.700 publikasi yang mengandung kata kunci 'self-regulation' diterbitkan setelah tahun 1990. Semakin populernya ini dekemukakan berbagai pandangan yang berbeda dalam berbagai prinsip-prinsip pengaturan diri. 
         Regulasi diri (self regulation) adalah proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka, mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut. (klikpsikologi.com).
         Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya.Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya (Ghufron, 2010 di unduh dari eprints.walisongo.ac.id)
         Shonkoff and Phillips (2000) dalam Gillespie (2006) pada laporan From Neurons to Neighborhoods: The Science of Early Childhood Development, mendefinisikan regulasi diri pada anak adalah sebagai kemampuan anak untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh, mengatur kemampuan emosi, dan mempertahankan fokus serta perhatian.
B.     Perbedaan Kontrol Diri dan Pengaturan Diri
Kontrol diri adalah dimana Individu sudah mampu menggunakan sendiri strategi- strategi ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditunjukkan oleh model (seperti bayangan akan performansi model sebelumnya) dan sudah menggunakan proses self reward. Sedangkan Pengaturan diri merupakan level terakhir dimana individu mulai menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self efficacy untuk sukses. Individu sudah bisa memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak sama sekali. (repository.usu.ac.id).
C.    Hubungannya dengan Kontrol Diri dan Kehendak/Kemauan
Konrol diri erat kaitannya dengan bagaimana seseorang menggunakan pilihan hidup. Mana yang akan kita pilih, kita berfikir negatif karena keadaan yang negatif atau karena kita berfikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif.  Ketika kontrol diri tidak berada pada kesadaran bahwa realitas adalah hasil akumulasi pilihan, maka kita akan kehilangan optimisme karena energi yang bekerja membentuk format hidup berupa energi negatif. (file.upi.edu).
      Individu dengan tingkat pengendalian diri rendah suka mengikuti kata hati, tidak sensitive, self-centered, risk taker, suka bertindak physical, simple dan mudah (Gottfredson dan Hirschi, 1990 dalam Sibarani, 2013 --- jurnal pengendalian diri).
      Willpower Theory (Teori Kehendak) terdiri dari dua teori yakni Limited Theory dan Unlimited theory. Limited Theory adalah dimana ketika setelah aktivitas mental akan menguras energy fisik kita, maka kita harus istirahat untuk mengisi kembali energy yang habis. Sedangkan  Unlimited/nonlimited theory kebalikan dari teori limited yakni justru setelah aktivitas mental yang berat, kita memiliki energy/semangat/motivasi untuk tantangan selanjutnya.
      Hasil penelitian menyimpulkan bahwa intake glukosa memperbaiki kontrol diri untuk limited theory of willpower tapi tidak memberikan pengaruh pada nonlimited theory of willpower (Job et al., 2013).
D.    Neurologi Kognitif dari Regulasi Diri
Prefrontal Cortex (latin: Cortex Prefrontalis) adalah salah satu bagian anterior dari otak yang terletak pada Lobus Frontal, di depan daerah motor dan premotor. Komponen Prefrontal Cortex terdiri atas Superior Frontal Gyrus, Middle Frontal Gyrus, dan Inferior Frontal Gyrus. Bagian arterinya terdiri atas Anterior Cerebral dan Middle Cerebral. Serta bagian venanya adalah Superior Sagittal Sinus. Area-area yang terdapat dalam Prefrontal Cortex antara lain adalah Frontal Eye fields, Dorsolateral Prefrontal Cortex, Frontopolar area, Orbitofrontal area, Broca Pars Opercularis, Broca Pars Tringularis, Dorsolateral Prefrontal Cortex, dan Inferior Prefrontal Gyrus.
Prefrontal Cortex area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention, personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Fungsi eksekutif juga dilakukan oleh daerah Prefrontal Cortex, yaitu berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial). Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan, memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua kegiatan sistem syaraf yang ada (Stuff and Benson. 1987).
Sebagai mahasiswa Psikologi, mempelajari bagian Prefrontal Cortex adalah sesuatu yang penting. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan proses mental manusia. Tingkah laku dan proses mental yang dipelajari tersebut, yang disebutkan sebelumnya seperti fungsi neuropsikiatri, fungsi motorik, maupun fungsi eksekutif diproses dalam area Prefontal Cortex. Oleh karena itu, dengan mengetahui apa saja yang terjadi dalam Prefrontal Cortex, tentunya akan memudahkan mahasiswa Psikologi khususnya dalam mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia dilihat dari aspek fisiknya.



Anatomi Prefrontal Cortex
http://abrahamik.files.wordpress.com/2010/02/pf2.png
Gambar 1. Lokasi Korteks Prefrontalis
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPTXW63iG-BCjULlkjgJcHI2SJveHkQi-7Ubv2olPpLtr6Z8diZzqcCo9t2L7AMivHbYA9npDWCRLt1PUG-wv1p-gFtyNGGI7A1fpG_zOnQIilbNinzSY6pY8evaMbU6gRaEmJFktUNgk/s1600/prefrontal+cortex.png
Gambar 2. Area Prefrontal
Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian anterior dari lobus frontalis dalam otak, terletak di depan daerah motor dan premotor.  Ada tiga cara yang mungkin untuk mendefinisikan korteks prefrontal:
ü  Sebagai korteks frontal granular
ü  Sebagai zona proyeksi inti mediodorsal thalamus
ü  Sebagai bagian dari korteks frontal yang rangsangan listriknya tidak menimbulkan gerakan
1.      Orbitofrontal cortex (OFC) :
OFC termasuk bagian dari prefrontal cortex yang menerima proyeksi dari magnocellular, nukleus medial (tengah – tengah) dari mediodorsal thalamus. Meski bagian ini termasuk masih banyak misteri, OFC merupakan bagian yang berperan pada proses kogntif decision-making dengan peran alaminya sebagai pengekalkulasi ‘untung-rugi’ dari suatu tindakan berdasarkan konstruk – konstruk dari reward dan punishment yang sudah dapat dipelajari.
2.      Dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) :
Korteks prefrontal dorsolateral penting untuk "kognitif" dan ‘fungsi eksekutif’ seperti working memory,pembentukan niat tindakan yang goal-directed, penalaran abstrak, dan pengendalian attensi (perhatian). Selain itu, daerah ini otak diyakini penting untuk pengaturan mempengaruhi negatif. Penting untuk penilaian kembali dan penekanan dari pengaruh perasaan negatif. Perannya dalam pengendalian bukan hanya pada perasaan negatif, melainkan hingga pada pengendalian diri, dimana pada akhirnya berperan besar dalam proses pengambilan keputusan.
3.      Ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC)
Ventrolateral PFC (VLPFC) diduga terlibat dalam tugas-tugas yang relative sederhana, seperti pemeliharaan informasi jangka pendek yang sementara tidak dapat dilakukan dalam working memory (misalnya, mengingat nomor telepon yang baru saja dikatakan sebelum diketik pada telepon).




Fisiologi Prefrontal Cortex
Prefrontal area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention, personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Pada wilayah ini otak telah terlibat dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks, ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial moderat yang benar. Kegiatan dasar wilayah ini adalah otak dianggap sebagai orkestrasi dari pikiran dan tindakan sesuai dengan tujuan-tujuan internal.
Istilah psikologi yang paling khas untuk fungsi-fungsi yang dilakukan oleh daerah korteks prefrontal adalah fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial (kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial).
Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan, memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai semua kegiatan sistem syaraf yang ada (Stuff and Benson. 1987). Prefrontal cortex berfungsi memberi informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi tersebut sehingga berguna untuk membentuk penilaian. Kemudian secara konstan berisi representasi aktif pada working memory, sebagaimana representasi tujuan dan konteks. Sayangnya, prefrontal cortex yang merupakan salah satu daerah yang paling penting dalam otak, juga salah satu yang paling rentan terhadap cedera.
DISFUNGSI PADA PREFRONTAL CORTEX
Sindrom yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi menjadi 3 area, yaitu Lateral Prefrontal Cortex, Medial Prefrontal Cortex, dan Orbital Prefrontal Cortex. Masing-masing sindrom tersebut adalah sebagai berikut :
Lateral Prefrontal Cortex :
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit, trauma, tumor, atau vascular accident. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :
a.    Attention Disorder, gangguan pada selective attention
b.    Apathy
c.    Dysexecutive Syndrome
d.    Gangguan untuk melakukan working memory dan planning behavior
e.    Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder yang disebabkan kerusakan pada bagian left prefrontal
f.     Depression, (kerusakan bagian hemisphere kiri)
Orbital Prefrontal Cortex :
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor dan aneurysms anterior communicating arteri, dan lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :
a. Gangguan Exclusionary aspect, yaitu divided attention
b. Orbirofrontal Hypermotility
c. Criminal Sociopath atau Psycopath
d. ADHD pada anak yang hiperaktif
e. Poor Judgement
f. Disinhibition
g. Emotional Lability
Medial Prefrontal Cortex
Gangguan pada area ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti penyakit tumor, dan lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :
a. Hypokinesia dan Akinesia
b. Defective Self-monitoring
c. Akinetic Mutism
d. Neurovegetative Deteriorentation
e. Apathy
f. Kesulitan inisiasi dan gangguan kinerja bagian mata atau speech movements
Gangguan perilaku berhubungan dengan Prefrontal cortex
Masalah perilaku diasosiasikan pada kerusakan frontal lobe dapat diklasifikasikan secara kasar menjadi 5 kelompok yang dapat tumpang-tindih :
1. Problems of starting; mucul dalam bentuk penurunan spontanitas, penurunan produktivitas, penurunan rata-rata perilaku yang dilakukan, atau menurun atau hilangnya inisiatif.
2. Difficulties in making mental or behavioral shifts. Permasalahan yang dapat terjadi ada pada atensi, perubahan gerakan, atau fleksibilitas dalam sikap, berada dalam lingkup perseveration atau rigidity (kekakuan). Perseveration merujuk pada perpanjangan yang berulang atau melanjutkan suatu aksi atau aktivitas bersekuens, atau pengulangan pada respon yang sama atau mirip pada variasi pertanyaan, tugas, atau situasi (E, Goldberg dan Tucker, 1979; Walsh dan Darby, 1999).
3. Problems in stopping – pada kegiatan berhenti atau memodulasi perilaku yang sedang dilakukan-mucul dalam bentuk impulsivitas, reaksi berlebihan, disinhibisi, dan kesulitan menahan respons yang salah atau yang tidak diinginkan, khususnya ketika respon itu memiliki nilai asosiasi yang kuat atau merupakan bagian dari rantai suatu respon.
4. Deficient self-awareness. Menghasilkan ketidakmampuan untuk mempersepsi kinerja yang salah (error), untuk mengapresiasi dampak yang dibuat pada orang lain, untuk mengukur situasi social dengan baik/cocok, dan untuk berempati pada orang lain (Eslinger, Grattan, dan Geder, 1996; Prigatano, 1991c; Prigatano dan Schacter, 1991, passim; Schacter, 1990b; Struss, Gow, dan Heterington, 1992).
5. A congrete attitude, atau hilangnya sikap abstrak (K.Goldstein, 1944, 1948). Hal ini menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk memisahkan diri dari lingkungan yang mengelilinginya dalam sikap lateral dimana objek, pengalaman, dan perilaku termasuk pada nilai yang jelas. Pasien menjadi tidak mampu untuk merencanakan dan meramalkan atau mempertahankan perilaku mencapai tujuan(goal-directed behavior).


E.     Peran dan Pengaruh Pengaturan Diri dalam Perilaku Kesehatan
Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi, kemungkinan akan mampu mengontrol dan mengarahkan perilakunya. Individu tersebut pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya. Sedangkan individu yang memiliki kontrol diri rendah, kemungkinan cenderung tidak mampu melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk merokok.. Individu tersebut sangat sulit untuk tidak merokok dan secara terus menerus terjadi peningkatan jumlah rokok yang dihisap tiap hari, tanpa dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan, baik terhadap dirinya sendiri, ataupun orang – orang di sekitarnya (Ray 1983 dalam Komolohadi, 2008).
      Kualitas kesehatan dipengaruhi oleh gaya hidup. Untuk tetap sehat, kita harus olahraga, kurangi lemak, hindari merokok, menjaga tekanan darah stabil, dan kembangkan cara mengelola stress. Melalui kebiasaan-kebiasaan hidup sehat ini, kita bisa hidup lebih lama, lebih sehat, dan mencegah proses menua secara dini. Manajemen diri adalah obat yang manjur. (Bandura, 2005)

Tidak ada komentar: